Daftar Isi
Perbedaan utama antara Bitcoin dan Saham yang paling mencolok adalah saham memiliki underlying business, yaitu operasional perusahaaan yang akan menghasilkan profit buat pemegang saham, sementara Bitcoin adalah komoditi aset digital. Kita bisa melihat operasional perusahaan, sementara keberadaan Bitcoin tercatat di komputer.
Selama ini, banyak orang investasi di saham seperti Telkom, Bank BCA, BRI dan Indomie. Belakangan muncul Bitcoin sebagai instrumen investasi yang baru.
Mana yang lebih baik, apakah Bitcoin atau saham ? Apa keunggulan dan kelemahan masing - masing instrumen aset ini.
Dari pengalaman sendiri berinvestasi di kedua aset ini, kami akan berbagi ulasan soal Bitcoin dan saham dari berbagai aspek.
Apa bedanya serta mana yang lebih baik, lebih unggul, sebagai alat investasi.
Bitcoin tidak memberikan dividen karena berbentuk komoditi, sementara saham membagi dividen dari profit ke pemegang saham.
Karena itu pula, valuasi saham dan Bitcoin berbeda. Saham menggunakan discounted cash flow model yang mengestimasi future cash flow atau metode PBV PER, sedangkan Bitcoin menggunakan stock to flow yang mengestimasi jumlah supply yang sudah beredar di pasar.
Namun, karena berbentuk digital, Bitcoin bisa travel overtime dan travel over space, jadi mudah sekali memindahkan Bitcoin dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal yang mustahil di saham.
Jumlah Bitcoin yang terbatas di 21 juta dengan skema supply yang terencana berdasarkan hasil mining dengan spesifikasi komputer canggih dan membutuhkan jumlah energi tertentu, membuat kemungkinan harga Bitcoin meningkat di masa depan.
Jumlah saham tidak terbatas, karena secara teori, pemegang saham pengendali (PSP) bisa menambah jumlah saham beredar, misalnya dengan rights issue.
Di sisi lain, fluktuasi harga Bitcoin yang volatile akibat market cap kecil, membuat investor harus extra hati - hati memegang aset ini dalam jangka pendek. Berbeda dengan fluktuasi harga saham yang se volatile Bitcoin.
Investasi di saham butuh dana yang tidak kecil tergantung pada harga saham yang akan dibeli.
Sedangkan, investasi di Bitcoin bisa mulai dari Rp 11 ribu. Meskipun harga BTC mencapai $ 30 ribu per koin tetapi BTC bisa dipecah - pecah menjadi satuan kecil.
Bitcoin adalah mata uang kripto paling besar market cap-nya saat ini dan merupakan mata uang digital peer to peer, yang bisa dilakukan secara terdesentralisasi tanpa perlu perantara untuk memberikan izin atau memfasilitasi.
Bitcoin diciptakan, menurut Nakamoto, guna memungkinkan "pengiriman pembayaran online secara langsung dari satu pihak ke pihak lain tanpa melalui lembaga keuangan".
Investasi di Bitcoin adalah investasi di aset digital yang tidak berwujud fisik dan memberikan keuntungan tinggi dari lonjakan harga akibat jumlah yang terbatas (maksimum 21 juta Bitcoin), dengan risiko fluktuasi harga yang juga tinggi.
Dari jual beli investasi ini, kami mendapatkan pengalaman kelebihan Bitcoin adalah:
Bitcoin menunjukkan kenaikkan harga yang luar biasa tinggi dalam 10 tahun terakhir. Banyak orang kaya baru, billionaire, di industri crypto karena memiliki Bitcoin.
Karena Bitcoin merupakan aset digital, Investor bisa dengan mudah menyimpan Bitcoin dan Cryptocurrency lainnya secara online di jaringan Blockchain.
Jaringan Blockchain dikenal sangat eman, secured. Boleh dikatakan tidak bisa ditembus.
Kalau ada berita muncul mengenai hacked atau pembobolan crypto, itu lebih dikarenakan proses yang salah dan bukan karena blockchain yang dibobol.
Jumlah Bitcoin sudah diprogram maksimum 21 juta. Tidak bisa lebih.
Karena jumlah yang terbatas tersebut, harga Bitcoin cenderung meningkat seiring waktu.
Hal ini yang membedakan Bitcoin dengan mata uang, seperti US$, yang jumlahnya terus bertambah akibat pencetakan uang oleh the Fed. Akibatnya, tingkat inflasi US$ menjadi selalu meningkat, yang membuat nilai mata uang terus merosot.
Sedangkan, Bitcoin karena jumlahnya terbatas, nilainya akan cenderung meningkat karena makin lama makin dikenal dan orang membutuhkannya sebagai tempat menyimpan asset.
Bitcoin yang sistemnya terdesentralisasi membuat lebih aman dari serangan hacker. Karena untuk hacker menyerang Bitcoin harus melakukan ke banyak komputer, yang membutuhkan biaya besar.
Berbeda dengan sistem tersentralisasi, lebih rentan terhadap serangan, hacker hanya perlu menyerang ke satu titik. Effortnya boleh dikatakan lebih ringan dibandingkan menyerang sistem yang terdesentralisasi.
Karena bersifat terdesentralisasi, proses pengiriman Bitcoin menjadi sangat cepat dan sangat murah ke seluruh dunia.
Kirim Bitcoin persis seperti kita mengirimkan email. Prosesnya semurah dan secepat itu.
Bitcoin travels overtime and overspace.
Sebagai aset digital, Bitcoin mudah disimpan. Mudah pula dikirim.
Tidak butuh tempat yang luas untuk menyimpan Bitcoin dalam jumlah besar. Disimpan dalam USB sudah cukup.
Meskipun disimpan secara terdesentralisasi di komunitas, Bitcoin sangat aman dalam blockchain karena adanya teknologi kriptografi.
Untuk bisa meng hack Bitcoin, hacker harus bisa mengakses dan mengubah seluruh data yang ada di block yang terdapat dalam komunitas. Ini hal yang mustahil.
Sampai hari ini, Bitcoin tidak pernah di hack oleh hacker.
Bitcoin tidak dikontrol oleh kekuatan sentralisasi, seperti negara atau lembaga perbankan karena Bitcoin dipegang sendiri oleh setiap individu di wallet mereka sendiri.
Jadi, Bitcoin yang kita miliki, tidak dikontrol oleh pihak ketiga.
Berbeda dengan uang yang kita simpan di bank. Bisa disita oleh otoritas.
Meskipun demikian, kami juga sadar bahwa sejumlah kelemahan Bitcoin yang kami rasakan dari pengalaman melakukan jual beli Bitcoin, yaitu:
Bitcoin merupakan digital aset yang tidak ada wujud fisiknya. Bitcoin dan aset kripto tersimpan sebagai code di jaringan blockchain.
Kita tidak mungkin bisa memegan Bitcoin. Makanya disebut digital asset.
Bagi sebagian orang, Bitcoin yang berbentuk digital ini dipandang merupakan kelemahan karena tidak bisa dilihat wujudnya secara fisik.
Harga BItcoin berfluktuasi sangat tinggi, apalagi dalam jangka pendek. Hal ini membuat resiko investasi di Bitcoin menjadi tinggi.
Nilai Bitcoin sangat fluktuatif. Terlihat dari grafik harga Bitcoin yang bisa naik dan turun dalam waktu sangat singkat.
Pada saat all-time-high, harga Bitcoin mencapai 65K, setelah itu harga Bitcoin turun menyentuh 15K saat muncul kasus FTX.
Fluktuasi nilai Bitcoin tersebut membuat Bitcoin sulit digunakan untuk transaksi. Karena jadi tidak ada patokan nilai yang pasti.
Meskipun kemudian muncul stablecoin yang nilainya dipatok ke mata uang fiat dalam perbandingan 1:1. Jadi, nilai stablecoin ini tetap dan bisa digunakan dalam jaringan Blockchain.
Namun, kasus hancurnya stablecoin Luna di 2022, membuat orang skeptis soal masa depan stablecoin.
Bitcoin sebagai aset yang baru belum memiliki regulasi yang sangat jelas. Saat ini di Indonesia, Bitcoin dianggap komoditas yang diatur oleh Bappebti.
Sementara, penggunaan Bitcoin sebagai alat tukar dilarang di Indonesia.
Perbedaan yang mencolok lain bahwa investasi di Bitcoin dan aset crypto membutuhkan akses koneksi ke internet. Tanpa internet, kita tidak bisa menyimpan, menjual atau mencairkan Bitcoin.
Keharusan adanya koneksi ke jaringan internet ini, yang membuat Bitcoin dan aset crypto tidak selalu cocok untuk semua kalangan, khususnya orang - orang yang berusia lanjut. Orang yang tidak punya atau tidak tahu internet akan sulit bisa mengakses Cryptocurrency.
Kemampuan jaringan Blockchain memproses transaksi masih sangat rendah. Jumlah transaksi per detik di Bitcoin hanya 4.5 an per detik, jauh dibawah Visa yang mampu memproses ribuan transaksi per detik.
Sementara, sebagai alat tukar, Bitcoin harus mampu memproses banyak transaksi dalam waktu cepat. Bayangkan kalau hanya ingin beli kopi, lalu bayar dengan Bitcoin butuh waktu 20 menit.
Kecepatan transaksi atau scalability menjadi isu penting buat Bitcoin. Namun, hal ini menjadi dilema dalam sistem desentralisasi.
Karena sistemnya berbasis komunitas, mau gak mau, setiap transaksi butuh waktu lebih lama untuk semua pihak dalam komunitas setuju. Berbeda dengan sistem sentral yang hanya butuh satu pihak untuk mengatakan 'yes'.
Bitcoin bukan aset yang menghasilkan yield, seperti deviden atau bunga. Kita membeli Bitcoin dengan harapan hanya pada kenaikkan harga atau capital gain.
Karena tidak menghasilkan yield, sulit untuk melakukan valuasi atas nilai Bitcoin yang sebenarnya.
Kenaikkan harga Bitcoin disebabkan oleh ada orang yang berani membeli di harga lebih tinggi dan bukan karena perhitungan nilai intrinsik value Bitcoin dari yield yang dihasilkan instrumen ini.
Bitcoin tidak mudah digunakan oleh semua orang untuk saat ini. Proses penggunaan dan penyimpanan Bitcoin belum user friendly.
Untuk menyimpan Bitcoin di cold wallet, yang merupakan cara paling aman saat ini, tidak mudah buat orang awam.
Bitcoin membutuhkan koneksi internet untuk kita mengakses dan menggunakan.
Di negara yang akses internet masih terbatas, Bitcoin bukan pilihan yang tepat untuk segala waktu. Karena saat internet mati, kita tidak bisa menggunakan Bitcoin.
Saham adalah investasi berbentuk ekuitas sebagai pemilik perusahaan dengan sumber keuntungan dari kenaikkan harga (capital gain) dan dividen.
Saham merupakan bukti kepemilikan atas penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Jadi, berinvestasi di saham itu artinya ikut menjadi pemilik di perusahaan tersebut.
Sebagai pemilik, investor punya konsekuensi, yaitu menikmati tidak hanya keuntungan profit, tetapi juga kerugian loss yang dialami perusahaan
Sebagaimana dalam UU Perusahaan Terbatas No 40 , definisi Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Itu pula sebabnya saham disebut sebagai surat berharga.
Berikut ini kelebihan saham
Keunggulan saham dalam soal keuntungan. Saham dikenal menawarkan return paling tinggi, diatas rata - rata, lebih baik dari instrumen keuangan lainnya.
Investasi saham memberikan keuntungan dari
Dividen merupakan pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham. Jumlahnya tergantung keputusan RUPS.
Dinamika permintaan dan penawaran saham di bursa menentukan tingkat harga saham. Kenaikkan harga saham memberikan keuntungan bagi pemegang saham dari selisih harga beli dan harga jual.
Buat gambaran, dalam 20 tahun terakhir, harga saham di Bursa Efek Indonesia secara rata - rata sudah mengalami kenaikan 14 kali lipat. Itu artinya kenaikan 1,400% uang 1 juta akan jadi 14 juta dan seterusnya.
Kenaikkan ini diukur secara rata - rata seluruh saham di bursa berdasarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kenaikkan per individual saham bisa lebih tinggi lagi.
Jarang ada aset keuangan yang paling menguntungkan seperti saham ini.
Saham adalah aset likuid karena bisa dengan mudah dijual belikan di bursa efek. Selama harga jual beli cocok, pemilik bisa menjual atau membeli saham.
Keuntungan lain investasi di saham bisa bersifat lintas negara. Investor bisa dengan mudah beli saham di pasar Amerika Serikat, Inggris, Euro, China, Jepang dan negara lain.
Investasi saham di bursa internasional membuat portofolio terdiversifikasi dengan baik. Investor jadi tidak tergantung pada kinerja ekonomi di suatu negara saja, tetapi bisa menempatkan investasi di banyak perekonomian.
Pembentukan portofolio di saham sangat mudah dilakukan. Hal ini dilakukan dengan cukup membeli indeks. Berinvestasi di indeks saham, yang terdiri atas puluhan atau ratusan perusahaan.
Cara ini membuat resiko investasi bisa dibagi dan dimitigasi dengan baik. satu saham turun, masih ada saham lainnya.
Investor bisa mendapatkan penghasilan rutin dari pembayaran dividen oleh perusahaan. Memang tidak semua perusahaan bagi dividen, tapi kita bisa memilih berinvestasi di perusahaan yang bayar dividen secara rutin.
Investasi di saham tidak mahal. Saat ini, banyak broker sekuritas yang tidak menetapkan syarat minimum setoran untuk bisa membuka rekening saham.
Saat nanti ingin membeli saham, baru investor diminta menyetor uang senilai saham yang akan dibeli.
Namun, sejumlah kelemahan saham adalah
Kita tahu high return high risk.
Saham adalah investasi yang beresiko tinggi. Itu sebabnya pula saham memberikan return investasi paling tinggi untuk mengkompensasi tingginya resiko.
Harga saham bisa turun drastis dalam waktu sangat singkat. Menggerus nilai investasi di saham secara signifikan.
Dalam investasi saham, investor wajib punya pengetahuan yang memadai soal bagaimana melakukan analisa fundamental dan teknikal atas saham yang akan diinvestasikan.
Pengetahuan soal analisa saham ini tidak mudah. Banyak hal yang harus dipelajari.
Saham di bursa efek bisa di delisting karena ulah perusahaan yang melanggar ketentuan.
Dengan delisting, harga saham akan hancur dan investor jelas rugi.
Untuk melihat lebih dalam, kita akan membandingkan Bitcoin dan saham dalam berbagai aspek investasi, yaitu:
No | Aspek | Bitcoin | Saham |
---|---|---|---|
1 | Return | Sangat Tinggi | Tinggi |
2 | Risiko | Tinggi | Sedang |
3 | Likuiditas | Tinggi | Tinggi |
4 | Legalitas | Aman | Aman |
5 | Minimum Investasi | Rendah | Rendah |
6 | Pengenalan | Sulit | Mudah |
7 | Pasif Income | Tidak | Ada |
8 | Penyitaan Aset | Kecil | Besar |
9 | Mekanisme Trading | Exchange | Bursa Saham |
10 | Perlindungan Nasabah | Sedang | Tinggi |
Return investasi di Bitcoin masih sangat menjanjikan karena peningkatannya di atas rata - rata instrumen investasi yang lain. Hal ini karena market cap BTC yang masih kecil dan jumlahnya yang terbatas.
Sementara, saham juga dikategorikan sebagai investasi yang return-nya tinggi, meskipun dari data historis menunjukkan bahwa return di saham tidak setinggi Bitcoin.
Resiko Bitcoin cukup tinggi dan boleh dibilang dalam situasi tertentu sangat tinggi. Harga BTC bisa naik turun 1% sd 2% dalam satu hari.
Tingginya fluktuasi harga Bitcoin karena market cap masih kecil dan assetnya masih baru.
Resiko saham boleh dikatakan lebih rendah dibandingkan Bitcoin, secara umum. Kita bisa lihat dengan membandingkan fluktuasi return di BTC dengan saham.
Likuiditas bicara soal mudah dan cepat tidaknya kita bisa menjual instrumen investasi. Semakin cepat, mudah, berarti semakin likuid instrumen tersebut.
Dalam soal ini, Bitcoin dan Saham sama, yaitu bisa dijual dalam hitungan menit.
Meskipun di saham, uang baru akan kita terima di H+3 setelah settlement, sedangkan di Bitcoin uang hasil penjualan langsung bisa kita terima.
Bitcoin legal diperdagangkan di Indonesia dan diawasi oleh Bappebti. Jadi Bitcoin merupakan komoditi yang legit dan resmi.
Saham kita tahu diawasi oleh OJK dan sudah diatur dalam UU Pasar Modal. Jadi saham punya legitimasi yang jelas.
Meskipun harga Bitcoin mahal sekitar US$ 30 ribu, namun bisa dipecah - pecah belinya sehingga minimum investasi menjadi sangat terjangkau bisa mulai dari Rp 11 ribu.
Minimum investasi di saham tergantung pada harga saham yang akan dibeli dengan minimum pembelian 1 lot 9100 lembar saham) di BEI.
Saham, jelas, lebih dikenal karena memang sudah sejak lama ada. Investasi di produk saham sendiri cukup simpel, tinggal beli dan jual.
Orang sudah sangat paham dengan investasi di saham. Tidak perlu banyak belajar lagi dan kalau perlu belajar banyak sumber info yang gratis.
Hal yang sangat berbeda dengan investasi di Bitcoin. Banyak orang yang belum paham apa itu Bitcoin.
Jadi, dalam soal pengenalan produk, saham jelas lebih unggul dari Bitcoin.
Saham bisa memberikan penghasilan dividen secara rutin setiap tahun. Ini jadi salah satu keunggulan punya saham.
Pemasukkan yang rutin semacam ini bisa memberikan penghasilan dalam jangka panjang. Meskipun, kita juga harus sadar bahwa pembayaran dividen tidak wajib karena tergantung kondisi perusahaan.
Sementara, Bitcoin umumnya tidak menyediakan pasif income seperti saham. Keuntungan BTC terakumulasi dalam nilai investasi.
Bitcoin hampir mustahil untuk disita oleh pemerintah kecuali kita memberikan private key. Jadi, kemungkinan penyitaan aset Bitcoin relatif rendah.
Sementara, saham bisa dengan lebih mudah disita oleh otoritas, seperti pemerintah dan perintah pengadilan.
Saham dan Bitcoin memiliki mekanisme jual beli yang berbeda.
Transaksi saham dilakukan lewat broker yang akan mengirimkan order ke Bursa Efek Indonesia untuk dilakukan trading dengan investor lain. Dengan kata lain, transaksi dilakukan terpusat di bursa saham dengan harga jual beli saham yang seragam karena keluar dari satu bursa.
Sementara, transaksi Bitcoin dilakukan langsung dengan exchange, seperti Binance, Indodax, TokoCrypto, Rekeningku. Implikasinya, harga jual beli Bitcoin bisa berbeda antara satu exchange dengan exchange lain.
Perlindungan nasabah di saham lebih maju karena dana masyarakat disimpan terpisah dari broker di RDN milik nasabah dan saham disimpan di kustodian sentral KSEI.
Sementara, dana nasabah untuk transaksi di Bitcoin disimpan di rekening exchange, sedangkan Bitcoin yang dibeli disimpan oleh exchange.
Dari perbandingan ini, kita bisa melihat bahwa tidak ada produk investasi yang unggul semuanya. saham tidak hanya punya keunggulan, tetapi juga kelemahan. Demikian hal yang sama dengan Bitcoin.
Tugas kita menentukan instrumen mana yang paling cocok, paling pas, untuk mewujudkan tujuan keuangan yang kita miliki. Bagaimanapun juga, kita membeli instrumen investasi untuk mencapai tujuan keuangan.
Kata perencana keuangan Ligwina Hananto, “Tujuan Lo Apa”.
Daftar Isi
Komentar (0 Komentar)