Daftar Isi
Perbedaan utama antara Bitcoin dan Emas adalah Bitcoin merupakan komoditi aset digital dengan jumlah terbatas dan bersifat deflationary, yang sulit disita oleh otoritas, sedangkan emas adalah komoditi logam mulia yang digunakan untuk menyimpan aset dan sudah terkenal ratusan tahun, namun tempat penyimpanan dan pengiriman emas sulit dilakukan.
Bitcoin dikenal sebagai digital gold, namun apa bedanya dengan emas yang selama ini sudah kita kenal.
Mana yang lebih baik, apakah Bitcoin atau Emas ? Apa keunggulan dan kelemahan masing - masing instrumen aset ini.
Dari pengalaman sendiri berinvestasi di kedua aset ini, kami akan berbagi ulasan soal Bitcoin dan Emas dari berbagai aspek.
Apa bedanya serta mana yang lebih baik, lebih unggul, sebagai alat investasi.
Bitcoin adalah mata uang kripto paling besar market cap-nya saat ini dan merupakan mata uang digital peer to peer, yang bisa dilakukan secara terdesentralisasi tanpa perlu perantara untuk memberikan izin atau memfasilitasi.
Bitcoin diciptakan, menurut Nakamoto, guna memungkinkan "pengiriman pembayaran online secara langsung dari satu pihak ke pihak lain tanpa melalui lembaga keuangan".
Investasi di Bitcoin adalah investasi di aset digital yang tidak berwujud fisik dan memberikan keuntungan tinggi dari lonjakan harga akibat jumlah yang terbatas (maksimum 21 juta Bitcoin), dengan risiko fluktuasi harga yang juga tinggi.
Dari jual beli investasi ini, kami mendapatkan pengalaman kelebihan Bitcoin adalah:
Bitcoin menunjukkan kenaikkan harga yang luar biasa tinggi dalam 10 tahun terakhir. Banyak orang kaya baru, billionaire, di industri crypto karena memiliki Bitcoin.
Karena Bitcoin merupakan aset digital, Investor bisa dengan mudah menyimpan Bitcoin dan Cryptocurrency lainnya secara online di jaringan Blockchain.
Jaringan Blockchain dikenal sangat eman, secured. Boleh dikatakan tidak bisa ditembus.
Kalau ada berita muncul mengenai hacked atau pembobolan crypto, itu lebih dikarenakan proses yang salah dan bukan karena blockchain yang dibobol.
Jumlah Bitcoin sudah diprogram maksimum 21 juta. Tidak bisa lebih.
Karena jumlah yang terbatas tersebut, harga Bitcoin cenderung meningkat seiring waktu.
Hal ini yang membedakan Bitcoin dengan mata uang, seperti US$, yang jumlahnya terus bertambah akibat pencetakan uang oleh the Fed. Akibatnya, tingkat inflasi US$ menjadi selalu meningkat, yang membuat nilai mata uang terus merosot.
Sedangkan, Bitcoin karena jumlahnya terbatas, nilainya akan cenderung meningkat karena makin lama makin dikenal dan orang membutuhkannya sebagai tempat menyimpan asset.
Bitcoin yang sistemnya terdesentralisasi membuat lebih aman dari serangan hacker. Karena untuk hacker menyerang Bitcoin harus melakukan ke banyak komputer, yang membutuhkan biaya besar.
Berbeda dengan sistem tersentralisasi, lebih rentan terhadap serangan, hacker hanya perlu menyerang ke satu titik. Effortnya boleh dikatakan lebih ringan dibandingkan menyerang sistem yang terdesentralisasi.
Karena bersifat terdesentralisasi, proses pengiriman Bitcoin menjadi sangat cepat dan sangat murah ke seluruh dunia.
Kirim Bitcoin persis seperti kita mengirimkan email. Prosesnya semurah dan secepat itu.
Bitcoin travels overtime and overspace.
Sebagai aset digital, Bitcoin mudah disimpan. Mudah pula dikirim.
Tidak butuh tempat yang luas untuk menyimpan Bitcoin dalam jumlah besar. Disimpan dalam USB sudah cukup.
Meskipun disimpan secara terdesentralisasi di komunitas, Bitcoin sangat aman dalam blockchain karena adanya teknologi kriptografi.
Untuk bisa meng hack Bitcoin, hacker harus bisa mengakses dan mengubah seluruh data yang ada di block yang terdapat dalam komunitas. Ini hal yang mustahil.
Sampai hari ini, Bitcoin tidak pernah di hack oleh hacker.
Bitcoin tidak dikontrol oleh kekuatan sentralisasi, seperti negara atau lembaga perbankan karena Bitcoin dipegang sendiri oleh setiap individu di wallet mereka sendiri.
Jadi, Bitcoin yang kita miliki, tidak dikontrol oleh pihak ketiga.
Berbeda dengan uang yang kita simpan di bank. Bisa disita oleh otoritas.
Meskipun demikian, kami juga sadar bahwa sejumlah kelemahan Bitcoin yang kami rasakan dari pengalaman melakukan jual beli Bitcoin, yaitu:
Bitcoin merupakan digital aset yang tidak ada wujud fisiknya. Bitcoin dan aset kripto tersimpan sebagai code di jaringan blockchain.
Kita tidak mungkin bisa memegan Bitcoin. Makanya disebut digital asset.
Bagi sebagian orang, Bitcoin yang berbentuk digital ini dipandang merupakan kelemahan karena tidak bisa dilihat wujudnya secara fisik.
Harga BItcoin berfluktuasi sangat tinggi, apalagi dalam jangka pendek. Hal ini membuat resiko investasi di Bitcoin menjadi tinggi.
Nilai Bitcoin sangat fluktuatif. Terlihat dari grafik harga Bitcoin yang bisa naik dan turun dalam waktu sangat singkat.
Pada saat all-time-high, harga Bitcoin mencapai 65K, setelah itu harga Bitcoin turun menyentuh 15K saat muncul kasus FTX.
Fluktuasi nilai Bitcoin tersebut membuat Bitcoin sulit digunakan untuk transaksi. Karena jadi tidak ada patokan nilai yang pasti.
Meskipun kemudian muncul stablecoin yang nilainya dipatok ke mata uang fiat dalam perbandingan 1:1. Jadi, nilai stablecoin ini tetap dan bisa digunakan dalam jaringan Blockchain.
Namun, kasus hancurnya stablecoin Luna di 2022, membuat orang skeptis soal masa depan stablecoin.
Bitcoin sebagai aset yang baru belum memiliki regulasi yang sangat jelas. Saat ini di Indonesia, Bitcoin dianggap komoditas yang diatur oleh Bappebti.
Sementara, penggunaan Bitcoin sebagai alat tukar dilarang di Indonesia.
Perbedaan yang mencolok lain bahwa investasi di Bitcoin dan aset crypto membutuhkan akses koneksi ke internet. Tanpa internet, kita tidak bisa menyimpan, menjual atau mencairkan Bitcoin.
Keharusan adanya koneksi ke jaringan internet ini, yang membuat Bitcoin dan aset crypto tidak selalu cocok untuk semua kalangan, khususnya orang - orang yang berusia lanjut. Orang yang tidak punya atau tidak tahu internet akan sulit bisa mengakses Cryptocurrency.
Kemampuan jaringan Blockchain memproses transaksi masih sangat rendah. Jumlah transaksi per detik di Bitcoin hanya 4.5 an per detik, jauh dibawah Visa yang mampu memproses ribuan transaksi per detik.
Sementara, sebagai alat tukar, Bitcoin harus mampu memproses banyak transaksi dalam waktu cepat. Bayangkan kalau hanya ingin beli kopi, lalu bayar dengan Bitcoin butuh waktu 20 menit.
Kecepatan transaksi atau scalability menjadi isu penting buat Bitcoin. Namun, hal ini menjadi dilema dalam sistem desentralisasi.
Karena sistemnya berbasis komunitas, mau gak mau, setiap transaksi butuh waktu lebih lama untuk semua pihak dalam komunitas setuju. Berbeda dengan sistem sentral yang hanya butuh satu pihak untuk mengatakan 'yes'.
Bitcoin bukan aset yang menghasilkan yield, seperti deviden atau bunga. Kita membeli Bitcoin dengan harapan hanya pada kenaikkan harga atau capital gain.
Karena tidak menghasilkan yield, sulit untuk melakukan valuasi atas nilai Bitcoin yang sebenarnya.
Kenaikkan harga Bitcoin disebabkan oleh ada orang yang berani membeli di harga lebih tinggi dan bukan karena perhitungan nilai intrinsik value Bitcoin dari yield yang dihasilkan instrumen ini.
Bitcoin tidak mudah digunakan oleh semua orang untuk saat ini. Proses penggunaan dan penyimpanan Bitcoin belum user friendly.
Untuk menyimpan Bitcoin di cold wallet, yang merupakan cara paling aman saat ini, tidak mudah buat orang awam.
Bitcoin membutuhkan koneksi internet untuk kita mengakses dan menggunakan.
Di negara yang akses internet masih terbatas, Bitcoin bukan pilihan yang tepat untuk segala waktu. Karena saat internet mati, kita tidak bisa menggunakan Bitcoin.
Emas adalah logam mulia yang dihasilkan dari tambang. Emas sudah dikenal ratusan tahun lamanya sebagai aset investasi.
Kenaikkan harga emas memberikan keuntungan buat pemegangnya. Emas bisa dijual pula dengan cepat.
Berikut ini kelebihan emas
Emas sudah sangat dikenal sebagai instrumen investasi. Tidak sulit untuk memperkenalkan emas untuk investasi ke semua kalangan.
Tidak dibutuhkan pengetahuan yang rumit untuk bisa melakukan jual beli emas.
Investasi di emas bisa untuk jangka pendek dan jangka panjang. Lebih fleksibel dari sisi jangka waktu.
Harga emas yang relatif stabil membuat jual beli emas dalam jangka pendek akan tetap menguntungkan. Meskipun, tetap, keuntungan akan paling optimal dalam investasi emas jangka panjang.
Ditengah era digital saat ini, emas adalah instrumen yang kita bisa pegang fisiknya. Tidak sepenuhnya digital.
Buat sebagian orang, aset fisik itu penting. Bisa dilihat, dirasakan.
Pasar emas memiliki nilai market cap berlipat - lipat di atas market kripto. Hal ini menunjukkan besarnya transaksi di pasar emas.
Karena market cap yang besar, likuiditas di emas menjadi besar pula. Mudah melakukan jual beli di pasar emas.
Emas jelas sudah lama diatur untuk bisa diperdagangkan di Indonesia. Bahkan, emas sudah masuk sebagai salah satu komoditas di bursa berjangka, bersama - sama dengan komoditas lain seperti forex, perak dan lain - lain.
Dalam situasi inflasi tinggi atau ketidakstabilan ekonomi, banyak orang merubah aset ke emas. Emas dipandang sebagai tempat yang aman untuk menyimpan aset dalam situasi ekonomi yang tidak stabil.
Sejumlah kelemahan Emas adalah:
Meskipun aman, kenaikkan return emas relatif terbatas. Itu sebabnya banyak pengamat investasi yang tidak memasukkan emas sebagai investasi karena peningkatan return emas yang cenderung terbatas.
Emas butuh tempat penyimpanan khusus untuk memastikan keamanannya. Karena itu, ada tambahan biaya penyimpanan yang tidak murah di emas untuk misalnya menaruh di Safe Deposit Bank (SDB).
Emas sulit untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Selain karena faktor keamanan, saat ini setiap negara sangat ketat dalam soal anti pencucian uang.
Untuk melihat lebih dalam, kita akan membandingkan kedua jenis aset ini dalam berbagai aspek investasi, yaitu:
No | Aspek | Bitcoin | Emas |
---|---|---|---|
1 | Return | Tinggi | Sedang |
2 | Resiko | Tinggi | Rendah |
3 | Likuiditas | Tinggi | Tinggi |
4 | Legalitas | Aman | Aman |
5 | Diversifikasi | Tidak | Tidak |
6 | Penyimpanan | Mudah | Sulit |
7 | Pengenalan Produk | Sulit | Mudah |
8 | Penyitaan Aset | Kecil | Besar |
9 | Koneksi Internet | Ya | Tidak |
10 | Ancaman Inflasi | Tidak | Tidak |
11 | Minimum Investasi | Rendah | Tinggi |
12 | On Chain Analysis | Ada | Tidak |
Kripto menjanjikan return keuntungan yang sangat besar. Lihat saja kenaikkan harga Bitcoin dalam 10 tahun terakhir.
Harga Bitcoin naik ribuan persen. Begitu pula dengan koin koin lainnya. Bahkan alt coin, sebutan untuk koin diluar Bitcoin, bisa naik lebih tinggi lagi.
Berikut ini adalah contoh kenaikkan harga aset kripto Solana di tahun 2021. Hanya dalam waktu kurang 1 tahun, harganya naik ribuan persen.
Lonjakan keuntungan dari kenaikan harga ini yang membuat aset cryptocurrency diburu banyak orang.
Harga emas lebih stabil. Tidak naik setinggi seperti Bitcoin dan aset cryptocurrency.
Pemegang emas mengalami trend harga emas yang tidak fluktuatif. Harga emas bergerak dalam rentang yang cukup rendah.
Resiko bermain di Bitcoin kripto jelas jauh lebih tinggi dari emas. Beda sekali profil risiko diantara kedua jenis investasi ini.
Manfaat utama emas adalah resiko yang rendah dengan kestabilan harga dan nilai. Boleh dikatakan harga emas tidak fluktuatif.
Emas menjanjikan keuntungan investasi yang cukup stabil. Harga emas tidak banyak bergejolak.
Sebaliknya, fluktuasi harga di crypto bisa dilihat dari perkembangan harga Bitcoin. Naik turun harganya sangat tinggi, yang membuat resiko menjadi besar.
Market cap kripto yang masih kecil, hanya 10% dari nilai market cap gold atau emas, membuat harga kripto rawan koreksi. Gejolak penjualan dan pembelian yang besar bisa dengan gampang berdampak pada harga kripto.
Tidak hanya risiko soal harga, tetapi investor di kripto juga menghadapi resiko penipuan atau investasi bodong karena aset kripto masih baru dan dalam banyak hal masih belum established.
Berikut ini penyebab tingginya risiko di investasi di kripto:
Pertama, kelas aset ini masih sangat baru dan kesempatan untuk tumbuh masih terbuka lebar.
Karena baru, banyak investor belum paham betul bagaimana melakukan valuasi atas aset ini secara akurat. Masih banyak yang menduga duga sehingga kemungkinan harga berfluktuasi jadi besar.
Kedua, regulasi di kripto masih sangat terbatas. Bahkan sebagai aset yang terdesentralisasi, kripto tidak ingin diregulasi secara sentral.
Karena bersifat terdesentralisasi dan less regulation, investor kripto harus mengurus semuanya sendiri. Hal ini rawan penyalahgunaan khususnya buat investor pemula.
Ketiga, aset kripto sangat mudah dibuat dan dipasarkan, yang membuat kemungkinan penyalahgunaan menjadi besar, terutama menyasar ke kelompok investor pemula. Apalagi di tengah hype akan janji keuntungan investasi di kripto.
Akibatnya, tidak jarang terjadi investasi scam di kripto. Uang investor hilang karena kejadian rug pull - proyek gagal dan penipuan.
Pasar emas memiliki nilai market cap berlipat - lipat di atas market kripto. Hal ini menunjukkan besarnya transaksi di pasar emas.
Karena market cap yang besar, likuiditas di emas menjadi besar pula. Mudah melakukan jual beli di pasar emas.
Market cap di cryptocurrency jauh lebih kecil. Hal yang wajar karena adopsi mata uang kripto masih terbatas dan usianya juga masih muda.
Dengan market cap yang lebih kecil, likuiditas di kripto tidak sebaik di emas. Likuiditas yang yang kecil tercermin dari volume transaksi per hari yang masih lebih rendah dari perdagangan mata uang valas.
Implikasi likuiditas yang rendah adalah harga kripto bisa sangat berfluktuasi dalam waktu singkat. Harga emas jarang sekali bergejolak, kecuali muncul berita news signifikan yang mempengaruhi pasar.
Keduanya, emas dan bitcoin kripto, diatur di Indonesia oleh lembaga yang sama, yaitu Bappebti. Kedua instrumen ini masuk dalam ranah komoditi.
Emas jelas sudah lama diatur untuk bisa diperdagangkan di Indonesia. Bahkan, emas sudah masuk sebagai salah satu komoditas di bursa berjangka, bersama - sama dengan komoditas lain seperti forex, perak dan lain - lain.
Aset kripto sudah boleh diperdagangkan di Indonesia. Bappebti sudah mengatur bahwa kripto bisa di jual belikan.
Jual beli cryptocurrency, seperti Bitcoin dan koin kripto lainnya, telah legal.
Peraturan jual beli koin kripto sebagai komoditas tertuang dalam:
Namun, kripto sebagai mata uang untuk alat tukar dilarang di Indonesia. Siapa saja yang menggunakan mata uang kripto sebagai alat tukar akan kena sanksi.
Mata uang resmi adalah Rupiah. Hal ini diatur secara tegas oleh Bank Indonesia.
Secara regulasi, Bappebti terus membangun ekosistem dan infrastruktur cryptocurrency. Sejumlah ketentuan dikeluarkan dan lembaga baru dibentuk untuk memfasilitasi perdagangan kripto yang aman di Indonesia.
Yang penting, meskipun sudah legal, Peraturan Bappebti menetapkan bahwa aset kripto yang legal dan bisa di perdagangan di Indonesia harus memenuhi persyaratan berikut:
Investasi di Bitcoin dan Emas tidak ada diversifikasi karena hanya di satu asset.
Dari sisi penyimpanan storage, emas tidak sebaik bitcoin crypto. Lebih rumit menyimpan emas.
Karena Bitcoin merupakan aset digital, Investor bisa dengan mudah menyimpan Bitcoin dan Cryptocurrency lainnya secara online di jaringan Blockchain.
Jaringan Blockchain dikenal sangat eman, secured. Boleh dikatakan tidak bisa ditembus.
Kalau ada berita muncul mengenai hacked atau pembobolan crypto, itu lebih dikarenakan proses yang salah dan bukan karena blockchain yang dibobol.
Emas butuh tempat penyimpanan khusus untuk memastikan keamanannya. Karena itu, ada tambahan biaya penyimpanan yang tidak murah di emas untuk misalnya menaruh di Safe Deposit Bank (SDB).
Jadi, dari segi penyimpanan, Bitcoin unggul. Mudah, bisa diakses dari mana saja.
Emas, jelas, lebih dikenal karena memang sudah sejak lama ada. Investasi di produk ini sendiri cukup simpel, tinggal beli dan jual.
Hal yang sangat berbeda dengan investasi di Bitcoin. Banyak orang yang belum paham apa itu Bitcoin.
Bitcoin hampir mustahil untuk disita oleh pemerintah kecuali kita memberikan private key. Jadi, kemungkinan penyitaan aset Bitcoin relatif rendah.
Sementara, emas bisa dengan lebih mudah disita oleh otoritas, seperti pemerintah dan perintah pengadilan.
Perbedaan yang mencolok lain bahwa investasi di Bitcoin dan aset crypto membutuhkan akses koneksi ke internet. Tanpa internet, kita tidak bisa menyimpan, menjual atau mencairkan Bitcoin.
Emas tidak membutuhkan koneksi internet karena bukan aset digital. Kita cukup menyimpan emas batangan di rumah atau lokasi lain yang lebih aman.
Pengambilan emas bisa dilakukan kapan saja selama punya kunci untuk membuka tempat penyimpanan. Tidak perlu koneksi ke jaringan internet.
Keharusan adanya koneksi ke jaringan internet ini, yang membuat Bitcoin dan aset crypto tidak selalu cocok untuk semua kalangan, khususnya orang - orang yang berusia lanjut. Orang yang tidak punya atau tidak tahu internet akan sulit bisa mengakses Cryptocurrency.
Investasi di emas lebih terbuka untuk semua orang dari tua dan muda. Tidak dibutuhkan akses khusus di emas.
Emas dan Bitcoin adalah aset yang tahan inflasi karena return keduanya akan meningkat diatas inflasi dalam jangka panjang karena sifat supply yang terbatas (deflationary).
Meskipun harga Bitcoin mahal sekitar US$ 30 ribu, namun bisa dipecah - pecah belinya sehingga minimum investasi menjadi sangat terjangkau bisa mulai dari Rp 11 ribu.
Minimum investasi di emas lebih besar, dengan minimum emas 1 gram di Rp 900 ribuan saat ini.
Bitcoin menyediakan on chain analysis yang menunjukkan perubahan kepemilikan pemegang aset bitcoin. Ini bisa terjadi karena Bitcoin pada dasarnya adalah database open source, yang isinya bisa dilihat dan dianalisa secara transparan.
On chain analysis tidak bisa dilakukan di emas. Data kepemilikan tertutup dan tidak transparan.
Dari perbandingan ini, kita bisa melihat bahwa tidak ada produk investasi yang unggul semuanya. Emas tidak hanya punya keunggulan, tetapi juga kelemahan. Demikian hal yang sama dengan Bitcoin.
Tugas kita menentukan instrumen mana yang paling cocok, paling pas, untuk mewujudkan tujuan keuangan yang kita miliki. Bagaimanapun juga, kita membeli instrumen investasi untuk mencapai tujuan keuangan.
Kata perencana keuangan Ligwina Hananto, “Tujuan Lo Apa”.
Daftar Isi
Komentar (0 Komentar)