Silakan masukkan kata kunci pada kolom pencarian

Bitcoin vs Properti, Mana Investasi Terbaik

Daftar Isi

Bitcoin vs Properti, Mana Investasi Terbaik

Selama ini, banyak orang investasi di properti dengan membeli rumah, apartemen atau tanah. Belakangan muncul Bitcoin sebagai instrumen investasi yang baru.

Mana yang lebih baik, apakah Bitcoin atau properti ? Apa keunggulan dan kelemahan masing - masing instrumen aset ini.

Dari pengalaman sendiri berinvestasi di kedua aset ini, kami akan berbagi ulasan soal Bitcoin dan properti dari berbagai aspek.

Apa bedanya serta mana yang lebih baik, lebih unggul, sebagai alat investasi.

Ringkasan Bitcoin dan Properti

Perbedaan utama yang paling mencolok adalah properti adalah aset fisik, sementara Bitcoin adalah aset digital. Kita bisa melihat dan memegang rumah atau apartemen, sementara keberadaan Bitcoin tercatat di komputer.

Namun, karena berbentuk digital, Bitcoin bisa travel overtime dan travel over space, jadi mudah sekali memindahkan Bitcoin dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal yang mustahil di properti.

Jumlah Bitcoin yang terbatas di 21 juta dengan skema supply yang terencana berdasarkan hasil mining dengan spesifikasi komputer canggih dan membutuhkan jumlah energi tertentu, membuat kemungkinan harga Bitcoin meningkat di masa depan.

Jumlah tanah memang terbatas, tetapi supply properti di dunia terus meningkat karena orang bisa membangun ke atas. Ini yang membuat oversupply rumah dan apartemen kerap terjadi.

Meskipun harga properti kerap disebut tidak bisa turun, namun kenyataannya tidak mudah menjual aset properti dengan cepat. Banyak faktor, seperti lokasi dan kondisi ekonomi, yang mempengaruhi harga properti.

Di sisi lain, fluktuasi harga Bitcoin yang volatile akibat market cap kecil, membuat investor harus extra hati - hati memegang aset ini dalam jangka pendek. Berbeda dengan fluktuasi harga properti yang cukup stabil atau rendah.

Satu hal lagi, investasi di properti butuh dana yang tidak kecil karena harga rumah mencapai ratusan juta.

Sedangkan, investasi di Bitcoin bisa mulai dari Rp 11 ribu. Meskipun harga BTC mencapai $ 30 ribu per koin tetapi BTC bisa dipecah - pecah menjadi satuan kecil.

Apa itu Bitcoin

Bitcoin adalah mata uang kripto paling besar market cap-nya saat ini dan merupakan mata uang digital peer to peer, yang bisa dilakukan secara terdesentralisasi tanpa perlu perantara untuk memberikan izin atau memfasilitasi.

Bitcoin diciptakan, menurut Nakamoto, guna memungkinkan "pengiriman pembayaran online secara langsung dari satu pihak ke pihak lain tanpa melalui lembaga keuangan".

Investasi di Bitcoin adalah investasi di aset digital yang tidak berwujud fisik dan memberikan keuntungan tinggi dari lonjakan harga akibat jumlah yang terbatas (maksimum 21 juta Bitcoin), dengan risiko fluktuasi harga yang juga tinggi.

Kelebihan Bitcoin

Dari jual beli investasi ini, kami mendapatkan pengalaman kelebihan Bitcoin adalah:

1. Potensi Return Sangat Tinggi

Return Bitcoin vs Asset Lainnya
Perbandingan Return Bitcoin vs Return Asset Lainnya

Bitcoin menunjukkan kenaikkan harga yang luar biasa tinggi dalam 10 tahun terakhir. Banyak orang kaya baru, billionaire, di industri crypto karena memiliki Bitcoin.

2. Aset Digital, Mudah Disimpan dan Aman

Karena Bitcoin merupakan aset digital, Investor bisa dengan mudah menyimpan Bitcoin dan Cryptocurrency lainnya secara online di jaringan Blockchain.

Jaringan Blockchain dikenal sangat eman, secured. Boleh dikatakan tidak bisa ditembus.

Kalau ada berita muncul mengenai hacked atau pembobolan crypto, itu lebih dikarenakan proses yang salah dan bukan karena blockchain yang dibobol.

3. Jumlah Terbatas Hanya 21 Juta, Membuat Bitcoin Deflationary

Jumlah Bitcoin sudah diprogram maksimum 21 juta. Tidak bisa lebih.

Karena jumlah yang terbatas tersebut, harga Bitcoin cenderung meningkat seiring waktu.

Hal ini yang membedakan Bitcoin dengan mata uang, seperti US$, yang jumlahnya terus bertambah akibat pencetakan uang oleh the Fed. Akibatnya, tingkat inflasi US$ menjadi selalu meningkat, yang membuat nilai mata uang terus merosot.

Sedangkan, Bitcoin karena jumlahnya terbatas, nilainya akan cenderung meningkat karena makin lama makin dikenal dan orang membutuhkannya sebagai tempat menyimpan asset.

4. Sistem Desentralisasi

Bitcoin yang sistemnya terdesentralisasi membuat lebih aman dari serangan hacker. Karena untuk hacker menyerang Bitcoin harus melakukan ke banyak komputer, yang membutuhkan biaya besar.

Berbeda dengan sistem tersentralisasi, lebih rentan terhadap serangan, hacker hanya perlu menyerang ke satu titik. Effortnya boleh dikatakan lebih ringan dibandingkan menyerang sistem yang terdesentralisasi.

5. Kirim Uang Sangat Cepat ke Seluruh Dunia

Karena bersifat terdesentralisasi, proses pengiriman Bitcoin menjadi sangat cepat dan sangat murah ke seluruh dunia.

Kirim Bitcoin persis seperti kita mengirimkan email. Prosesnya semurah dan secepat itu.

6. Bitcoin Bersifat Digital Mudah Dibawa, Mudah Disimpan

Bitcoin travels overtime and overspace.

Sebagai aset digital, Bitcoin mudah disimpan. Mudah pula dikirim.

Tidak butuh tempat yang luas untuk menyimpan Bitcoin dalam jumlah besar. Disimpan dalam USB sudah cukup.

7. Sangat Aman Dilindungi Kriptografi

Meskipun disimpan secara terdesentralisasi di komunitas, Bitcoin sangat aman dalam blockchain karena adanya teknologi kriptografi.

Untuk bisa meng hack Bitcoin, hacker harus bisa mengakses dan mengubah seluruh data yang ada di block yang terdapat dalam komunitas. Ini hal yang mustahil.

Sampai hari ini, Bitcoin tidak pernah di hack oleh hacker.

8. Mendukung Kebebasan Individual

Bitcoin tidak dikontrol oleh kekuatan sentralisasi, seperti negara atau lembaga perbankan karena Bitcoin dipegang sendiri oleh setiap individu di wallet mereka sendiri.

Jadi, Bitcoin yang kita miliki, tidak dikontrol oleh pihak ketiga.

Berbeda dengan uang yang kita simpan di bank. Bisa disita oleh otoritas.

Kekurangan Bitcoin

Meskipun demikian, kami juga sadar bahwa sejumlah kelemahan Bitcoin yang kami rasakan dari pengalaman melakukan jual beli Bitcoin, yaitu:

1. Bitcoin Aset Digital, Tidak Ada Wujud Fisiknya

Bitcoin merupakan digital aset yang tidak ada wujud fisiknya. Bitcoin dan aset kripto tersimpan sebagai code di jaringan blockchain.

Kita tidak mungkin bisa memegan Bitcoin. Makanya disebut digital asset.

Bagi sebagian orang, Bitcoin yang berbentuk digital ini dipandang merupakan kelemahan karena tidak bisa dilihat wujudnya secara fisik.

2. Resiko Investasi Tinggi, Harga Bisa Naik Turun 5% per Hari

Harga BItcoin berfluktuasi sangat tinggi, apalagi dalam jangka pendek. Hal ini membuat resiko investasi di Bitcoin menjadi tinggi.

Nilai Bitcoin sangat fluktuatif. Terlihat dari grafik harga Bitcoin yang bisa naik dan turun dalam waktu sangat singkat.

Pada saat all-time-high, harga Bitcoin mencapai 65K, setelah itu harga Bitcoin turun menyentuh 15K saat muncul kasus FTX.

Fluktuasi nilai Bitcoin tersebut membuat Bitcoin sulit digunakan untuk transaksi. Karena jadi tidak ada patokan nilai yang pasti.

Meskipun kemudian muncul stablecoin yang nilainya dipatok ke mata uang fiat dalam perbandingan 1:1. Jadi, nilai stablecoin ini tetap dan bisa digunakan dalam jaringan Blockchain.

Namun, kasus hancurnya stablecoin Luna di 2022, membuat orang skeptis soal masa depan stablecoin.

3. Dilarang di Berbagai Negara

Bitcoin sebagai aset yang baru belum memiliki regulasi yang sangat jelas. Saat ini di Indonesia, Bitcoin dianggap komoditas yang diatur oleh Bappebti.

Sementara, penggunaan Bitcoin sebagai alat tukar dilarang di Indonesia.

4. Butuh Koneksi Internet

Perbedaan yang mencolok lain bahwa investasi di Bitcoin dan aset crypto membutuhkan akses koneksi ke internet. Tanpa internet, kita tidak bisa menyimpan, menjual atau mencairkan Bitcoin.

Keharusan adanya koneksi ke jaringan internet ini, yang membuat Bitcoin dan aset crypto tidak selalu cocok untuk semua kalangan, khususnya orang - orang yang berusia lanjut. Orang yang tidak punya atau tidak tahu internet akan sulit bisa mengakses Cryptocurrency.

5. Kemampuan Blockchain Bitcoin Mengolah Transaksi Rendah

Kemampuan jaringan Blockchain memproses transaksi masih sangat rendah. Jumlah transaksi per detik di Bitcoin hanya 4.5 an per detik, jauh dibawah Visa yang mampu memproses ribuan transaksi per detik.

Sementara, sebagai alat tukar, Bitcoin harus mampu memproses banyak transaksi dalam waktu cepat. Bayangkan kalau hanya ingin beli kopi, lalu bayar dengan Bitcoin butuh waktu 20 menit.

Kecepatan transaksi atau scalability menjadi isu penting buat Bitcoin. Namun, hal ini menjadi dilema dalam sistem desentralisasi.

Karena sistemnya berbasis komunitas, mau gak mau, setiap transaksi butuh waktu lebih lama untuk semua pihak dalam komunitas setuju. Berbeda dengan sistem sentral yang hanya butuh satu pihak untuk mengatakan 'yes'.

6. Aset yang Tidak Menghasilkan Dividen, Bunga

Bitcoin bukan aset yang menghasilkan yield, seperti deviden atau bunga. Kita membeli Bitcoin dengan harapan hanya pada kenaikkan harga atau capital gain.

Karena tidak menghasilkan yield, sulit untuk melakukan valuasi atas nilai Bitcoin yang sebenarnya.

Kenaikkan harga Bitcoin disebabkan oleh ada orang yang berani membeli di harga lebih tinggi dan bukan karena perhitungan nilai intrinsik value Bitcoin dari yield yang dihasilkan instrumen ini.

7. Belum User’s friendly

Bitcoin tidak mudah digunakan oleh semua orang untuk saat ini. Proses penggunaan dan penyimpanan Bitcoin belum user friendly.

Untuk menyimpan Bitcoin di cold wallet, yang merupakan cara paling aman saat ini, tidak mudah buat orang awam.

8. Tergantung Internet dan Listrik

Bitcoin membutuhkan koneksi internet untuk kita mengakses dan menggunakan.

Di negara yang akses internet masih terbatas, Bitcoin bukan pilihan yang tepat untuk segala waktu. Karena saat internet mati, kita tidak bisa menggunakan Bitcoin.

Apa itu Investasi Properti

Investasi di properti adalah membeli tanah, rumah, apartemen atau ruko. Diharapkan aset properti bisa memberikan return yang bagus buat pemilik.

Return properti berasal dari dua sumber utama, yaitu:

  • Kenaikkan harga properti. Jumlah tanah yang terbatas membuat harga properti cenderung meningkat setiap tahun
  • Pendapatan dari sewa. Rumah, apartemen atau ruko bisa disewakan dan memberikan penghasilan rutin.

Kelebihan Investasi Properti

Sejumlah keunggulan dari berinvestasi di properti adalah:

1. Kepemilikan Aset

Investasi di properti rumah atau apartemen memberikan kepemilikan aset fisik. Bagaimanapun juga penting punya aset fisik dalam portofolio investasi.

Karena saat kondisi ekonomi sedang goyah, nilai aset fisik relatif stabil. Kepemilikan aset memberikan diversifikasi yang penting dalam investasi.

2. Kenaikkan Harga Properti

Semua pasti paham bahwa investasi properti menawarkan kenaikkan nilai atau return seiring padatnya penduduk di kota besar dan makin terbatasnya lahan untuk pembangunan.

Tanah tidak diciptakan lagi. Ungkapan soal kenapa investasi properti menguntungkan.

Apartemen tentu saja bisa digunakan sebagai tempat tinggal sambil menikmati kenaikan nilai aset apartemen seiring waktu.

Meskipun tidak disewakan, tetapi investor bisa menikmati nilai capital gain yang nanti bisa direalisasikan ketika apartemen dijual.

3. Sumber Pasif Income

Apartemen mendatangkan pasif income lewat pembayaran sewa. Apartemen di lokasi strategis biasanya bisa disewakan untuk memberikan penghasilan tambahan.

Uang sewa bisa digunakan untuk membayar cicilan pinjaman KPR bank untuk membiayai pembelian apartemen.

Jika sewanya bagus, boleh dikatakan Anda hanya bermodal uang muka bisa memiliki apartemen karena cicilan KPR dibayar sendiri dari pemasukkan sewa tiap bulan.

4. Pasar Properti Stabil

Pasar properti bisa dibilang lebih stabil dibandingkan dengan pasar lainnya.

Dengan demikian, investasi properti merupakan investasi yang cukup menjanjikan bagi investor karena dapat mengembalikan modal.

Kekurangan Investasi Properti

Namun, beli properti juga mendatangkan sejumlah tantangan, yaitu:

1. Apartemen (Tidak) Terlambat Dibangun

Resiko paling besar dalam investasi apartemen menurut saya adalah apartemen tidak jadi dibangun.

Kebanyakan proses pembelian apartemen dilakukan ketika lahan masih kosong dan apartemen belum jadi. Pemasaran apartemen sudah dimulai meskipun bangunan apartemen belum ada.

Banyak yang tertarik meskipun apartemen belum jadi karena cara investasi apartemen dalam kondisi (tanah kosong) memiliki potensi meraup keuntungan kenaikan harga yang paling besar.

Tentu saja yang berani membeli dalam kondisi bangunan belum jadi adalah investor. End-user jarang beli apartemen belum jadi.

Namun, resikonya adalah apartemen tidak jadi dibangun karena berbagai alasan. Sudah ada beberapa kejadian (silahkan googling) soal apartemen yang gagal selesai meskipun pembeli sudah membayar.

Resiko lain adalah pembangunan apartemen molor dari jadwal yang sudah ditetapkan. Misalnya, target dua tahun selesai, kenyataanya rampung dalam empat tahun.

2. Harga Properti Turun

Apakah betul bahwa harga properti tidak pernah turun ? Bukankah Tuhan tidak menciptakan tanah lagi.

Dulu saya punya pemikiran yang sama bahwa harga properti akan selalu naik.

Namun, apakah kita pernah mengecek harga properti dari waktu ke waktu.

Cara paling akurat adalah melihat trend harga properti di pasaran.

Kebetulan Bank Indonesia mengumpulkan data harga properti di kota - kota besar di Indonesia dan data tersebut tersedia secara gratis di situs Bank Indonesia.

Trend harga properti anjlok !

Mungkin sales yang menjual apartemen Anda akan bilang bahwa di lokasi mereka harga apartemen justru meningkat. Itu sah - sah saja karena “semua kecap kan nomer SATU”.

3. Sertifikat Rumah Apartemen Terlambat Jadi

Dulu saya berpikir bahwa proses mendapatkan sertifikat dalam pembelian apartemen bisa secepat rumah tapak.

Pikiran saya salah.

Kita lihat urutan proses pembuatan sertifikat apartemen.

Pertama, apartemen harus sudah jadi dulu. Baru proses pembuatan sertifikat bisa dimulai.

Berbeda dengan rumah tapak yang tidak perlu menunggu rumah jadi untuk proses pemecahan sertifikat.

Pembangunan apartemen paling tidak membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun. Itu dengan asumsi pembangunan apartemen tidak terlambat.

Kedua, setelah bangunan jadi, pengembang harus melakukan serah terima apartemen dengan seluruh pemilik, baru proses pembuatan sertifikat bisa dilanjutkan.

Perlu digaris bawahi bawah “seluruh’ pemilik harus serah terima.

Bisa dibayangkan lamanya waktu untuk melakukan serah terima dengan pemilik apartemen.

Ketiga, setelah itu baru proses pembuatan sertifikat bisa diselesaikan.

Umumnya, butuh waktu empat sampai dengan lima tahun untuk sertifikat apartemen bisa selesai.

Pertanyaannya, kalau sertifikat lambat jadi, apa konsekuensinya ?

Kalau mengambil pinjaman KPR bank, mungkin Anda tidak terlalu peduli karena kepentingan sertifikat jadi di pihak bank.

Namun, kalau lunas secara tunai atau cicilan bertahap ke developer, Anda butuh sertifikat sebagai tanda bukti legal bahwa apartemen tersebut milik Anda.

Dengan sertifikat, Anda bisa menjaminkan apartemen ke bank untuk mengambil pinjaman, yang bisa digunakan untuk keperluan lain, termasuk beli properti lain.

4. Properti Susah Disewakan

Pasokan apartemen di Jakarta menurut beberapa laporan meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Besarnya supply unit apartemen menekan harga sewa.

Idealnya, harga sewa per bulan adalah 1% dari harga nilai properti.

Namun, kenyataannya di lapangan tidak selalu mencapai tingkat harga sewa tersebut.

Menurut teman yang tinggal di bilangan Jakarta Pusat, dalam beberapa waktu ini harga sewa apartemen cenderung stagnan.

“Apartemen bisa disewa saja sudah syukur”, kata teman saya itu.

Banyak faktor yang menentukan harga sewa.

Tetapi, yang paling penting, ada resiko bahwa harga sewa tidak sesuai ekspektasi sehingga kita harus menyiapkan Plan B jika harga sewa dibawah target.

5. Kenaikan Bunga KPR

Hampir 70% - 80% pembelian properti di Indonesia dilakukan dengan pinjaman KPR bank.

Tingginya nilai investasi properti membuat tidak banyak orang mampu beli properti apartemen dengan uang sendiri atau cash.

Selain punya keuntungan, pinjaman KPR bank punya resiko, yang seringkali dilupakan orang.

Naiknya suku bunga yang berimbas pada kenaikan angsuran cicilan kredit per bulan.

Skema pinjaman KPR yang ditawarkan bank sebagian besar memberikan bunga fixed di beberapa tahun pertama, bisa 3 tahun atau paling lama 5 tahun.

Selama masa bunga fixed tersebut, nilai cicilan cukup rendah karena pada dasarnya bank mensubsidi bunga.

Setelah masa bunga fixed selesai, bunga KPR mengikuti bunga floating, yang sudah pasti lebih tinggi dari bunga fixed yang sebelumnya dinikmati konsumen.

Akibatnya, ketika kredit KPR berubah ke bunga floating, cicilan pinjaman per bulan naik tajam.

Banyak konsumen mengeluh kenaikan cicilan akibat perubahan ke bunga floating.

Jika selama ini, sewa apartemen bisa menutup biaya kredit, sementara akibat perpindahan ke bunga floating terjadi kenaikkan cicilan kredit KPR per bulan, sehingga perlu diambil dari gaji atau sumber penghasilan lain untuk menambal kekurangan pembayaran cicilan KPR.

Kenaikkan cicilan ini harus diantisipasi karena jika tidak pasti akan mengganggu cash-flow keuangan Anda.

Tabel Perbandingan Bitcoin dan Properti

Untuk melihat lebih dalam, kita akan membandingkan Bitcoin dan properti dalam berbagai aspek investasi, yaitu:

NoAspekBitcoinProperti
1ReturnTinggiSedang
2RisikoTinggiRendah
3LikuiditasTinggiRendah
4KeamananSedangTinggi
5Minimum InvestasiRendahTinggi
6PengenalanSulitMudah
7Pasif IncomeTidakAda
8Jaminan KreditTidakBisa
9Biaya PemeliharaanTidakAda
10Penyitaan AsetKecilBesar

1. Return Keuntungan

Return investasi di Bitcoin masih sangat menjanjikan karena peningkatannya di atas rata - rata instrumen investasi yang lain.

Harga properti tidak pernah turun karena tanah tidak diciptakan lagi. Apalagi di lokasi yang premium. Itu hal yang selalu teringang-ingang di kepala saat kita membeli rumah atau tanah.

Jadi, return di properti memang punya trend meningkat dari tahun ke tahun, secara umum. Meskipun, dalam kasus tertentu, harga rumah atau apartemen, bisa stagnan, tidak bergerak naik.

Di atas kertas, harga properti memang tinggi. Namun, kenyataannya, kadang sulit sekali menjual pada harga tersebut.

2. Resiko

Resiko Bitcoin cukup tinggi dan boleh dibilang dalam situasi tertentu sangat tinggi. Harga BTC bisa naik turun 1% sd 2% dalam satu hari.

Tingginya fluktuasi harga Bitcoin karena market cap masih kecil dan assetnya masih baru.

Resiko properti boleh dikatakan lebih rendah dibandingkan Bitcoin, secara umum. Kita bisa lihat dengan membandingkan fluktuasi return di BTC dengan properti.

Harga properti dalam kondisi tertentu akan turun, tetapi jarang turun drastis. Fluktuasinya relatif kecil.

3. Likuiditas

Likuiditas bicara soal mudah dan cepat tidaknya kita bisa menjual instrumen investasi. Semakin cepat, mudah, berarti semakin likuid instrumen tersebut.

Jelas, dalam soal ini, Bitcoin lebih unggul. Bisa dijual dalam hitungan menit.

Menjual properti dalam waktu singkat sangat sulit. Butuh waktu berminggu-minggu atau bahkan tahunan untuk bisa menjual rumah, tanah atau apartemen.

4. Keamanan

Keamanan investasi di properti dan Bitcoin sama - sama punya resiko. Meskipun dengan kadar yang berbeda.

Di properti, resiko utamanya ada dua.

Pertama, pemalsuan sertifikat tanah. Hal ini sekarang banyak terjadi. Karena itu saat pembelian rumah tanah dilakukan, pembeli wajib hati - hati dengan menggunakan notaris yang kredibel.

Kedua, bangunan tidak dibangun sama sekali atau mangkrak. Banyak orang beli properti saat masih berbentuk gambar, belum jadi bangunannnya. Jadi, ada resiko bahwa developer tidak menyelesaikan pembangunannya.

Sedangkan, Bitcoin punya resiko bahwa exchange tempat jual beli bangkrut atau tutup. Ini pernah terjadi saat kejadian di FTX.

Itu sebabnya di Bitcoin dianjurkan menyimpan sendiri BTC di wallet pribadi. Lakukan yang namanya self-custody.

Jadi, dalam soal keamanan, properti dan Bitcoin punya masalahnya sendiri.

5. Minimum Investasi

Meskipun harga Bitcoin mahal sekitar US$ 30 ribu, namun bisa dipecah - pecah belinya sehingga minimum investasi menjadi sangat terjangkau bisa mulai dari Rp 11 ribu.

Berbeda dengan minimum investasi di properti sangat tinggi. Butuh uang dalam jumlah besar untuk mulai berinvestasi di properti.

6. Pengenalan Produk

Properti, jelas, lebih dikenal karena memang sudah sejak lama ada. Investasi di produk properti sendiri cukup simpel, tinggal beli dan jual.

Orang sudah sangat paham dengan investasi di properti. Tidak perlu banyak belajar lagi.

Hal yang sangat berbeda dengan investasi di Bitcoin. Banyak orang yang belum paham apa itu Bitcoin.

Jadi, dalam soal pengenalan produk, properti jelas lebih unggul dari Bitcoin.

7. Pasif Income

Properti seperti rumah atau apartemen bisa memberikan penghasilan sewa secara rutin setiap tahun. Ini jadi salah satu keunggulan punya properti.

Pemasukkan yang rutin semacam ini bisa memberikan penghasilan dalam jangka panjang. Meskipun, kita juga harus sadar bahwa perlu biaya pemeliharaan yang tidak sedikit untuk properti yang disewakan.

Kita sudah sering mendengar cerita bahwa setelah rumah atau apartemen selesai disewakan, dibutuhkan biaya yang besar untuk perbaikan.

Sementara, Bitcoin umumnya tidak menyediakan pasif income seperti properti. Keuntungan BTC terakumulasi dalam nilai investasi.

8. Jaminan Kredit

Properti bisa dijaminkan ke bank sebagai agunan untuk mendapatkan kredit. Bank banyak yang menyediakan kredit berbasis agunan properti, seperti misalnya Kredit Multiguna.

Dalam kondisi tertentu, misalnya membutuhkan pendanaan untuk usaha, kita bisa memanfaatkan aset properti untuk mengambil kredit ke bank. Aset properti yang kita miliki bisa kita karyakan untuk mengembangkan usaha produktif.

Sementara itu, Bitcoin tidak bisa digunakan sebagai jaminan kredit. Bank tidak menerima BTC untuk pengajuan kredit.

9. Biaya Pemeliharaan

Properti rumah atau apartemen membutuhkan biaya pemeliharaan. Jika tidak, bangunan akan rusak dan nilainya turun.

Jumlah biaya pemeliharaan ini cukup besar. Dan biasanya semakin tua usia bangunan, semakin besar biaya pemeliharaannya.

Jadi, pemilik properti perlu mempersiapkan budget khusus untuk memelihara aset mereka.

Tidak dibutuhkan biaya pemeliharan di Bitcoin. Karena BTC adalah paper-asset.

10. Penyitaan Aset

Bitcoin hampir mustahil untuk disita oleh pemerintah kecuali kita memberikan private key. Jadi, kemungkinan penyitaan aset Bitcoin relatif rendah.

Sementara, properti bisa dengan lebih mudah disita oleh otoritas, seperti pemerintah dan perintah pengadilan.

Kesimpulan

Dari perbandingan ini, kita bisa melihat bahwa tidak ada produk investasi yang unggul semuanya. Properti tidak hanya punya keunggulan, tetapi juga kelemahan. Demikian hal yang sama dengan Bitcoin.

Tugas kita menentukan instrumen mana yang paling cocok, paling pas, untuk mewujudkan tujuan keuangan yang kita miliki. Bagaimanapun juga, kita membeli instrumen investasi untuk mencapai tujuan keuangan.

Kata perencana keuangan Ligwina Hananto, “Tujuan Lo Apa”.

Bagikan Melalui

Daftar Isi

Berlangganan Duwitmu

Komentar (0 Komentar)

Tulis Komentar - Balasan untuk Tito Shadam

Email Anda tidak akan di publish

Batalkan Membalas

Captcha Wajib Diisi

Artikel Terkait