Daftar Isi
Apa yang kita harus lakukan sebagai investor ketikan return Reksadana turun ? Ini cara dan langkah menghadapi penurunan nilai investasi Reksadana.
Kinerja harga investasi Reksadana sedang tidak sedap. Keuntungan merosot cukup dalam. Sejak Januari 2015, return Reksadana Saham sudah turun drastis.
Bagaimana gambaran kinerja Reksadana saham dalam 1 tahun terakhir?
Grafik berikut menunjukkan perkembangan harga indeks Reksadana Saham. Indeks ini menghitung harga – harga rata semua Reksadana saham dari waktu ke waktu.
Mulai awal tahun 2015 sampai sekarang, harga Reksadana saham sudah turun tajam.
Kondisi yang jauh berbeda dibandingkan tahun lalu 2014, saat Reksadana saham menanjak naik.
Pertanyaannya, apakah kondisi 2015 ini amat berbahaya? Sudah jelek banget-kah?
Sebaiknya, kita melihat ke beberapa tahun ke belakang. Karena investasi itu bersifat jangka menengah dan panjang, jika hanya melihat periode pendek, analisanya sangat bisa tidak akurat.
Berikut ini grafik indeks harga saham selama 5 tahun ke belakang.
Data ini menggambarkan hal yang berbeda.
Meskipun kondisi saat ini sedang turun, tapi dalam trend 5 tahun, kinerja saham sebenarnya masih meningkat.
Menurut saya, dalam rentang investasi jangka panjang (>= 5 tahun), kondisi sekarang belum mengkhawatirkan karena masih lebih tinggi dari tahun – tahun sebelumnya. Keuntungannya masih lebih tinggi dibandingkan harga 5 tahun lalu.
Dari sini, Anda bisa melihat bahwa rentang atau periode waktu investasi menjadi sangat kritikal. Faktor itu yang akan menentukan bagaimana harus bersikap menghadapi anjloknya nilai Reksadana.
Ada sejumlah hal yang perlu kita lakukan untuk menghadapi penurunan ini.
Ini hal yang selalu saya ulang – ulang dalam setiap tulisan. Lihat lagi tujuan keuangan Anda.
Kenapa?
Karena tujuan keuangan menentukan instrumen yang dipilih, Reksadana apa yang dibeli dan dijual, dan tingkat risikonya.
Tujuan keuangan menetapkan jangka waktu investasi yang akan dipilih. Mau 1 bulan, 5 tahun atau bahkan 20 tahun lamanya investasi, semua diputuskan berdasarkan tujuan keuangan.
Saya sangat suka ungkapan, pakar perencana keuangan, Ligwina Hananto, “Tujuan Lo Apa”.
Jika tujuan keuangan adalah dana pendidikan anak kuliah, yang diperlukan 10 tahun lagi, gejolak turunnya nilai Reksadana bukan sesuatu yang perlu dicemaskan. Cuekin aja gejolak ini.
Dalam waktu 1 atau 2 tahun, gejolak biasanya sudah pulih kembali. Bahkan menurut pengalaman harga setelah gejolak bisa lebih tinggi dari harga sebelumnya.
Tapi, jika tujuan keuangan adalah untuk DP rumah KPR yang perlu dibayar 1 bulan lagi, Anda perlu mempertimbangkan untuk melakukan langkah antisipasi.
Apa saja langkah tersebut?
Jika dana yang sekarang ditempatkan di Reksadana saham adalah dana yang dibutuhkan dalam waktu dekat, Anda harus segera mereposisi posisi investasi.
Menjual dan menggantinya ke instrumen yang juga lebih aman, seperti Reksadana Pasar Uang atau deposito.
Sebenarnya jika pemilihan instrumen dilakukan dengan cermat sejak awal, kejadian ini seharusnya tidak perlu terjadi.
Tapi, kenyataannya banyak orang yang kepincut return tinggi, kemudian memilih instrumen yang sebenarnya tidak cocok dengan profil tujuan investasinya.
Tahun lalu, karena return Reksadana Saham sedang moncer-moncernya, banyak orang berbondong-bondong memindahkan dana pendidikan ke instrumen ini, tanpa berpikir akan risikonya dan apakah cocok dengan tujuan keuangan mereka. Dianggap return tinggi tersebut akan terjadi selamanya.
Tapi, ya sudahlah, nasi sudah jadi bubur.
"Bukannya returnnya kecil di Deposito atau Reksadana Pasar Uang?" Iya betul, memang kecil. Tapi itu aman.
Keamanan adalah prioritas Anda untuk kebutuhan jangka pendek.
“Bukankah, pasar saham nanti akan naik lagi ya? Sayang, kalau ini dijual, saya akan merealisasikan banyak sekali kerugian.”
Ini ungkapan orang yang enggan melepas investasinya meskipun sudah ‘berdarah-darah’ merugi. Masih berharap keajaiban akan datang.
Regret atau rasa bersalah adalah salah satu penghambat utama ketika kita akan mengambil keputusan keuangan yang tepat. Ini adalah temuan penting riset behavioural economy, yang baru – baru ini memenangkan hadiah nobel ekonomi.
Buat saya, lebih baik kita mengambil keputusan yang ‘pahit’ tapi tepat dibandingkan berandai-andai (‘andaikan pasar saham naik lagi’) yang jelas – jelas tidak pasti.
Jika dalam langkah diatas, saya menganjurkan untuk segera pull-out. Disini, saya meminta untuk melakukan hal yang sebaliknya.
Segera tambah investasi Anda.
Tingkatkan jumlah Reksadana yang dibeli setiap bulan. Stay the course, jangan dijual.
Kok berani?
Ini dilakukan untuk Anda yang punya tujuan investasi diatas 5 tahun. Jadi khusus yang tujuan keuangan jangka panjang.
Karena dalam jangka panjang harga saham punya kecenderungan (ingat: tidak ada yang pasti dalam investasi) meningkat.
Berdasarkan pengalaman di tahun 2008, ketika krisis lebih dahsyat melanda di bursa saham, butuh sekitar 2 tahun untuk harga saham pulih kembali. Dan yang penting, harga saham pulih ke tingkat yang lebih tinggi dari sebelum krisis.
Bayangkan jika cepat-cepat menjual (padahal kebutuhan dana masih lama), hanya gara-gara panik, kerugian pasti terjadi karena menjual di saat harga turun (cut loss) dan kehilangan kesempatan menikmati kenaikan harga saham.
Saya pernah melihat teman-teman di sebuah kantor, yang saat kejadian pasar saham anjlok di 2008, akibat panik menyaksikan nilai investasi turun drastis, mereka merubah instrumen dana pensiun (DPLK) dari Reksadana Saham ke Reksadana Pasar Uang.
Padahal, dana pensiun itu masih dibutuhkan mereka sekitar 10 sampai dengan 15 tahun lagi.
Akibatnya, ketika pasar saham pulih, mereka kehilangan kesempatan mendapatkan kenaikan harga saham. Nilai investasi DPLK mereka saat ini terancam tidak cukup untuk pensiun karena pertumbuhan return Reksadana Pasar Uang tidak berbeda dengan inflasi.
Jadi, pada dasarnya harga saham yang turun itu akan kembali naik. Hanya saja, tidak ada yang tahu pasti, kapan timing kenaikan harga tersebut.
Makanya, daripada pusing menganalisa kapan waktu yang tepat untuk beli, lebih baik melakukan investasi secara rutin.
Justru harga yang sedang murah adalah kesempatan emas untuk bisa memborong unit Reksadana dalam jumlah besar.
Kalau harga turun lagi, gimana? ya beli lagi. Bagaimanapun juga nanti pada suatu titik harga akan rebound.
Yang penting, dana yang digunakan adalah untuk jangka panjang sehingga tidak perlu ditarik ketika harga sedang jatuh.
Kenapa perlu kembali lagi ke pengaturan keuangan. Karena dalam kondisi penurunan ekonomi, ini langkah yang paling efektif.
Tidak jarang ada yang dananya tertanam di instrumen yang sedang turun nilainya, sehinga either uangnya sulit dicairkan (jadi tidak likuid) or nilai investasi menjadi rendah. Sementara, ada kebutuhan mendesak, misalnya, uang muka anak sekolah yang tidak bisa ditunda.
Dalam kondisi semacam ini, penghematan adalah langkah paling cepat yang bisa dilakukan untuk menutupi kerugian investasi.
Melihat lagi apakah ada pos – pos pengeluaran yang masih bisa dihemat.
Kondisi ekonomi dan pasar saham yang sedang dihajar badai saat ini pasti menimbulkan rasa gundah dan khawatir di kita semua, terutama yang punya uang di Reksadana dan saham.
Tapi masalah anjloknya harga investasi bukan hal yang tidak bisa diatasi.
Saya mengajukan 4 cara menghadapi situasi harga investasi Reksadana yang kurang bersahabat ini. Yang paling penting, jangan terburu-burut menjual, apalagi menjual dengan panik. Pastikan dulu tujuan keuangan Anda.
Saya sudah pernah melihat dan menghadapi masalah turunnya investasi saham dalam beberapa kesempatan sepanjang dekade lalu. Dan bisa keluar dengan selamat, asalkan mengambil langkah yang tepat.
Semoga bermanfaat untuk kita semua.
Ingin tahu lebih jauh, baca juga artikel:
Daftar Isi
Komentar (4 Komentar)