Daftar Isi
Perbedaan utama antara Reksadana Indeks dan ETF adalah jual beli Reksadana Indeks dilakukan dengan Manajer Investasi, sedangkan jual beli ETF dilakukan lewat perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia.
Perbedaan cara ini mempunyai implikasi yang luas soal fee, bid-ask spread diantara Reksadana Indeks dan ETF.
Apa bedanya Reksadana Indeks dan ETF. Keunggulan dan kelemahan masing - masing instrumen tersebut.
Untuk itu, kami berinvestasi di ETF dan Reksadana. Dari pengalaman itu, kami tulis dalam laporan soal investasi Reksadana dan investasi ETF ini.
Reksadana adalah instrumen investasi yang dibentuk oleh Manajer Investasi dan Bank Kustodian melalui akta kontrak investasi kolektif (KIK) yang dibuat notaris.
Manajer Investasi berperan sebagai pengelola dana yang terkumpul dari sekian banyak investor untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek, seperti SBI, obligasi, dan saham.
Bank Kustodian berperan menyimpan dana atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi Reksadana.
Dari pengalaman berinvestasi, kami melihat keunggulan Reksadana adalah:
Reksadana cocok bagi investor yang memiliki banyak keterbatasan, seperti waktu terbatas, dana terbatas, informasi terbatas, dan pengetahuan investasi yang terbatas.
Instrumen ini mampu mengurangi risiko investasi karena disebarkan pada berbagai produk investasi.
Reksadana aman dan legal karena dikelola oleh Manajer Investasi yang sudah berpengalaman dan memiliki izin serta legalitas dari OJK.
Jika kamu adalah tipe investor yang lebih mengutamakan keamanan, reksa dana adalah pilihan yang tepat. Karena risiko investasi kamu tersebar di berbagai aset, nilai aset lain akan menutupi kerugian yang kamu alami.
Reksadana dikelola secara profesional oleh Manajer Investasi yang sudah punya tidak hanya kualifikasi keahlian tetapi juga pengalaman bertahun - tahun di industri ini.
Investor perorangan tidak perlu melakukan riset produk secara mendalam karena ada agen investasi profesional yang mengelola dana investasi di berbagai wahana investasi.
Investor dapat memantau portofolio investasinya secara berkala melalui Financial Information Sheet (FFS).
Jadi kamu tidak perlu menghabiskan waktu dan tenaga untuk riset karena fund manager berpengalaman akan memilih produk keuangan terbaik.
Keunggulan di Reksadana adalah bisa melakukan diversifikasi portofolio dengan lebih mudah. Hal ini membantu kita mengelola risiko dengan baik.
Instrumen investasi ini sangat cocok untuk investor pemula. Karena bisa berinvestasi mulai dari Rp 10.000.
Sebagai investor harus mempertimbangkan faktor-faktor risikonya.
Keuntungan tidak dijamin. Investor harus menyadari bahwa dengan dengan berinvestasi di Reksadana, tidak ada jaminan untuk mendapatkan pembagian keuntungan, dividen, ataupun kenaikan modal investasi.
Reksadana mungkin rentan terhadap perubahan kondisi pasar yang merupakan hasil dari: global, regional atau perkembangan ekonomi nasional; kebijakan pemerintah atau kondisi politik, pergerakan suku bunga secara umum, sentimen investor yang meluas maupun guncangan eksternal (misalnya bencana alam, perang dan lain-lain).
Manajer Investasi yang mengelola portofolio bisa saja bangkrut dan gagal mengelola investasi di Reksadana.
Beban biaya management fee yang harus dibayar saat berinvestasi, yang untuk reksadana ini adalah 3,00% per tahun.
Reksadana untung atau rugi, fee manajer investasi tersebut tetap harus dibayar. Tidak ada biaya ini jika berinvestasi sendiri.
Pencairan Reksadana meskipun cukup cepat tetapi dalam kondisi tertentu bisa memakan waktu. Tidak bisa cair dalam waktu 1 hari.
Risiko likuiditas yang dapat didefinisikan sebagai seberapa mudah sebuah efek dapat dijual pada atau mendekati nilai wajarnya tergantung pada volume yang diperdagangkan di bursa.
Meskipun tujuannya adalah lebih baik dari benchmark, nama data menunjukkan bahwa Reksadana tidak selalu konsisten bisa mencetak return diatas benchmark.
Ada banyak risiko efek yang dapat terjadi pada setiap efek, contohnya adalah kemungkinan default perusahaan penerbit pada pembayaran kupon dan/atau pokok obligasi, dan implikasi dari peringkat kredit perusahaan yang di-downgrade.
ETF adalah instrumen pasar modal yang melakukan investasi dengan mengacu pada index dan bisa dibeli lewat Burrsa Efek.
Dalam bahasa hukumnya, ETF merupakan Kontrak Investasi Kolektif Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang Unit Penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek
Setiap index memiliki daftar saham di dalamnya, lalu ETF menduplikasi isi index tersebut ke dalam portofolio mereka. Jadi, portfolio di ETF mirroring dengan index yang jadi rujukan.
Contohnya, index LQ-45 yang terdiri atas 45 saham, maka ETF yang menggunakan LQ-45 akan membeli saham sesuai isi dan bobot LQ-45. Jika terjadi perubahan saham atau bobot, ETF akan mengikuti.
ETF memiliki Manajer Investasi yang bertugas mengelola portofolio saham.
Dari pengalaman, kami menilai keunggulan ETF sebagai berikut:
Karena ETF adalah passive investing, dengan Indeks sebagai acuan, fee dan pengelolaan investasi mereka menjadi sangat murah.
Di ETF, Manajer Investasi tidak perlu melakukan riset, tidak harus mempekerjakan analis saham bergaji mahal, cukup mengikuti komposisi saham yang terdapat dalam Indeks.
Sementara, Manajer Investasi di Reksadana active investing menuntut fee management lebih tinggi karena harus melakukan banyak pekerjaan untuk bisa memutuskan saham apa yang layak beli dan saham apa yang harus dijual.
Lho, bukankah Manajer Investasi Reksadana, orang yang jago-jago dalam investasi ?
Betul, mereka jago - jago, tetapi Anda perlu pertimbangkan ini:
Dengan pertimbangan diatas, banyak ahli keuangan, termasuk Warren Buffet, yang menyarankan berinvestasi di Indeks Fund atau ETF buat para investor pemula.
Buat mereka yang berinvestasi di pasar USA, tetapi tidak paham pasarnya, maka bisa berinvestasi di fund dibandingkan memilih sendiri saham.
ETF adalah pilihan yang tepat kalau ingin masuk ke pasar saham luar negeri, misalnya seperti USA. Lebih baik dibandingkan Reksadana Indeks.
Kenapa ?
Saya pernah mencoba dan menghadapi persyaratan untuk menjadi investor Reksadana di USA yang sangat tidak mudah.
Pengalaman saya, untuk investor non US citizen, beli Reksadana di pasar USA tidak mudah karena:
Kesulitan ini bisa disiasati dengan cukup membeli ETF. Investor cukup membuka rekening di broker saham yang menyediakan fasilitas trading ke pasar USA dan itu artinya sudah bisa jual beli ETF.
Minimum transaksi ETF juga menjadi sangat terjangkau, dibandingkan harus buka akun di Reksadana yang minimumnya ribuan dollar.
Saat ini tersedia banyak macam ETF di bursa saham, berikut ini contohnya:
Vanguard Total Stock Market kode ‘VTI’, adalah produk Vanguard, perusahaan fund terbesar di dunia saat ini, yang komposisi ETF ini adalah tracking semua saham di pasar USA.
Simpelnya, beli ETF ini berarti punya semua saham di pasar Amerika Serikat. Keuntungannya adalah portofolio yang sangat terdiversifikasi dan manajemen fee-nya sangat murah, hanya 0,03%.
Vanguard FTSE Emerging Market kode ‘VWO’, adalah ETF yang mengikuti indeks FTSE negara berkembang yang terdiri atas 850 saham besar dan menengah di 22 negara berkembang (emerging markets), seperti Brazil, China, Taiwan, Afsel dll.
Keuntungan beli ETF ini adalah bisa mendapatkan eksposur ke saham di negara berkembang, tanpa harus membeli saham tersebut satu persatu di bursa.
Emerging markets umumnya menawarkan return dan risiko lebih tinggi, namun dengan diversifikasi, resiko tersebut bisa dikelola lebih baik.
Vanguard S&P 500. ETF favorit saya, kode ‘VOO’, tracking indeks S&P 500 yang berisi 500 saham terbaik di USA.
Semua saham big cap USA masuk dalam ETF ini. Keuntungannya adalah diversifikasi ke saham big cap di USA dan management fee murah, 0,03%.
SPDR Gold, kode ‘GLD”, dari State Street fund manager mengikuti pergerakan harga emas dunia. Tidak perlu membeli emas, cukup investasi di ETF ini jika ingin berinvestasi di pasar emas dunia.
Fee atau expense ratio di 0,40%.
Vanguard Real Estate kode ‘VNQ’, mengikuti pergerakan harga sektor properti di USA. Yang ingin investasi di pasar properti, tanpa harus beli properti, bisa membeli ETF jenis ini.
Fee atau expense ratio masih cukup rendah, hanya 0,12%.
ETF tidak dibeli lewat Manajer Investasi
Sesuai namanya, exchange traded fund, ETF adalah fund yang diperdagangkan di exchange atau bursa saham.
Definisi ETF, menurut Bursa Efek Indonesia, adalah “ETF adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.”
Jadi, investor yang ingin membeli dan menjual ETF melakukan lewat bursa saham. Bukan ke Manajer Investasi. ETF adalah sejenis Reksadana yang dijual belikan di bursa efek layaknya saham.
Tentu saja, untuk bisa membeli ETF di bursa saham, investor harus membuka rekening di broker saham atau sekuritas.
Transaksi ETF aman karena diatur oleh peraturan POJK NOMOR 49 /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF YANG UNIT PENYERTAANNYA DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK.
Pengawasan ETF dilakukan oleh tiga pihak, yakni OJK, BEI dan KSEI.
Satu resiko yang tidak ada di ETF adalah risiko Manajer Investasi dicabut izinnya, di suspend oleh OJK atau membubarkan diri. Karena di ETF, proses jual belinya tidak dengan Manajer Investasi, tetapi dengan pemilik ETF lainnya.
Dalam Reksadana Indeks, kita berhubungan dengan Manajer Investasi untuk jual dan beli. Jadi, kalau MI-nya bermasalah, kita ikut kena masalah.
Pemilihan MI di Reksadana Indeks menjadi faktor yang harus diperhitungkan dengan cermat. Salah - salah bisa kejebak dalam MI yang bermasalah.
Dalam ETF, peran MI adalah hanya sebatas untuk mengelola portofolio ETF dan tidak ada urusan dengan jual beli.
Namun, selama melakukan investasi, kami juga menghadapi sejumlah kekurangan ETF yang kami rasakan, yaitu:
Karena ETF dibeli di bursa saham, investor akan menghadapi bid-ask spread. Perbedaan antara harga beli dan harga jual.
Bid-ask spread tergantung pada besar kecilnya volume perdagangan di bursa. Semakin besar volume perdagangan, semakin tipis spread tersebut.
Kenapa spread ini penting ?
Lebarnya spread akan merugikan investor. Yang beli akan beli kemahalan, yang jual akan jual kemurahan.
Resiko bid-ask spread di ETF ini, tidak dihadapi Reksadana Indeks. Kenapa? Karena Reksadana Indeks jual belinya langsung ke Manajer Investasi.
Manajer Investasi hanya punya satu patokan harga unit pada hari tersebut untuk jual beli Reksadana. Tidak ada harga beli dan harga jual yang berbeda di Manajer Investasi.
Likuiditas Reksadana Indeks sedikit lebih baik. Kenapa ?
Kita tinggal pergi ke Manajer Investasi yang mengelola Reksadana Indeks untuk menjual unit. Secara regulasi OJK, dalam waktu 3 hari, uang dari Reksadana sudah harus cair masuk ke rekening investor.
Harga unitnya juga sudah pasti karena Manajer Investasi sudah menentukan berapa nilai unit hari itu berdasarkan perhitungan nilai pasar portofolio saat itu.
Jadi, kepastian pencarian di Reksadana Indeks tinggi. Uang sudah pasti masuk rekening.
Bagaimana di ETF ?
Kita tahu bahwa jual beli ETF dilakukan di bursa. Transaksi baru bisa terjadi kalau ada yang beli dan yang jual, tergantung supply and demand di bursa.
Apakah kita mungkin tidak bisa menjual/membeli ETF? Bisa, kalau memang tidak ada yang mau membeli atau menjual.
Logikanya sama dengan kita saat menjual atau membeli saham. Bisa tidak beli atau jual kalau tidak ada volume perdagangan.
Masalahnya, volume perdagangan ETF di Indonesia belum besar. Volumenya tipis setiap harinya.
Jika kepepet ingin menjual, lalu tidak ada di harga yang diinginkan, pemilik ETF mau tidak mau harus menurunkan harga jualnya. Dimana akibatnya bisa saja harga jualnya jadi tidak merefleksikan nilai portofolio yang ada saat itu.
Pilihan instrumen ETF di Bursa Efek Indonesia masih terbatas. Belum banyak pilihan untuk investor.
Salah satunya adalah belum ada ETF utk IHSG. Padahal ETF IHSG itu penting agar investor bisa beli ETF yang mencerminkan pasar.
ETF dan Reksadana Index sama - sama melakukan investasi di index yang menjadi acuan mereka.
Setiap index memiliki daftar saham di dalamnya, lalu ETF dan Reksadana Index menduplikasi isi index tersebut ke dalam portfolio mereka. Jadi, portfolio di ETF dan Reksadana Index mirroring dengan index yang jadi rujukan.
Contohnya, index LQ-45 yang terdiri atas 45 saham, maka ETF dan Reksadana Index yang menggunakan LQ-45 akan membeli saham sesuai isi dan bobot LQ-45. Jika terjadi perubahan saham atau bobot, ETF dan Reksadana Index akan mengikuti.
Meskipun sama - sama mengacu pada indeks untuk melakukan investasi, Reksadana Indeks dan ETF punya sejumlah perbedaan yang cukup mendasar.
Fitur | Reksadana | ETF |
Cara Pembelian | Reksadana Indeks beli di Manajer Investasi, | ETF beli di Bursa Efek |
Buy Ask Spread | Reksadana Indeks tidak ada risiko buy ask spread, | ETF ada risiko ini karena jual beli lewat bursa. |
Likuiditas | Reksadana Indeks lebih mudah dijual karena Manajer Investasi wajib beli saat investor menjual, | likuiditas ETF lebih rendah karena harus jual beli di Bursa yang mungkin tidak ada order beli di pasar saat kita ingin menjual. |
Manajer Investasi Bubar | Reksadana Indeks karena dikelola Manajer Investasi menghadapi resiko MI bangkrut atau bubar, | ETF tidak menghadapi risiko MI bubar. |
Akses ke Saham Luar Negeri | Beli saham luar negeri sulit di Reksadana | Beli saham luar negeri lebih mudah dengan ETF dibandingkan dengan Reksadana. |
Jual beli Reksadana Indeks dilakukan ke Manajer Investasi yang mengelola Reksadana tersebut.
Seperti layaknya semua jenis Reksadana, investor yang ingin menaruh uang di Reksadana Indeks harus pergi ke Manajer Investasi. Begitu pula saat akan menjual, jual ke Manajer Investasi.
Jual beli Reksadana ke Manajer Investasi bisa dilakukan dua cara:
Sementara, pembelian ETF dilakukan lewat Bursa Efek. ETF tidak dibeli lewat Manajer Investasi.
Sesuai namanya, exchange traded fund, ETF adalah fund yang diperdagangkan di exchange atau bursa saham.
Definisi ETF, menurut Bursa Efek Indonesia, adalah “ETF adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.”
Jadi, investor yang ingin membeli dan menjual ETF melakukan lewat bursa saham. Bukan ke Manajer Investasi. ETF adalah sejenis Reksadana yang dijual belikan di bursa efek layaknya saham.
Tentu saja, untuk bisa membeli ETF di bursa saham, investor harus membuka rekening di broker saham atau sekuritas.
Reksadana Indeks tidak memiliki risiko buy ask spread karena pembelian langsung dilakukan ke Manajer Investasi pada harga tengah. Tidak ada spread jual beli pada saat pembeliaan Reksadana Indeks.
Sementara, ETF dibeli di bursa saham sehingga investor akan menghadapi bid-ask spread. Perbedaan antara harga beli dan harga jual ada di ETF, yang menimbulkan resiko buat investasi
Bid-ask spread tergantung pada besar kecilnya volume perdagangan di bursa. Semakin besar volume perdagangan, semakin tipis spread tersebut.
Kenapa spread ini penting?
Lebarnya spread akan merugikan investor. Yang beli akan beli kemahalan, yang jual akan jual kemurahan.
Resiko bid-ask spread di ETF ini, tidak dihadapi Reksadana Indeks. Kenapa? Karena Reksadana Indeks jual belinya langsung ke Manajer Investasi.
Manajer Investasi hanya punya satu patokan harga unit pada hari tersebut untuk jual beli Reksadana. Tidak ada harga beli dan harga jual yang berbeda di Manajer Investasi.
Likuiditas Reksadana Indeks lebih baik dari ETF. Kenapa?
Kita tinggal pergi ke Manajer Investasi yang mengelola Reksadana Indeks untuk menjual unit. Secara regulasi OJK, dalam waktu 3 hari, uang dari Reksadana sudah harus cair masuk ke rekening investor.
Harga unitnya juga sudah pasti karena Manajer Investasi sudah menentukan berapa nilai unit hari itu berdasarkan perhitungan nilai pasar portofolio saat itu.
Jadi, kepastian pencarian di Reksadana Indeks tinggi. Uang sudah pasti masuk rekening.
Sementara, jual beli ETF dilakukan di bursa, dimana transaksi baru bisa terjadi kalau ada yang beli dan yang jual, tergantung supply and demand di bursa.
Apakah kita mungkin tidak bisa menjual/membeli ETF? Bisa, kalau memang tidak ada yang mau membeli atau menjual.
Logikanya sama dengan kita saat menjual atau membeli saham. Bisa tidak beli atau jual kalau tidak ada volume perdagangan.
Masalahnya, volume perdagangan ETF di Indonesia belum besar. Volumenya tipis setiap harinya.
Jika kepepet ingin menjual, lalu tidak ada di harga yang diinginkan, pemilik ETF mau tidak mau harus menurunkan harga jualnya. Dimana akibatnya bisa saja harga jualnya jadi tidak merefleksikan nilai portofolio yang ada saat itu.
Satu resiko yang tidak ada di ETF adalah risiko Manajer Investasi dicabut izinnya, di suspend oleh OJK atau membubarkan diri. Karena di ETF, proses jual belinya tidak dengan Manajer Investasi, tetapi dengan pemilik ETF lainnya.
Dalam Reksadana Indeks, kita berhubungan dengan Manajer Investasi untuk jual dan beli. Jadi, kalau MI-nya bermasalah, kita ikut kena masalah.
Pemilihan MI di Reksadana Indeks menjadi faktor yang harus diperhitungkan dengan cermat. Salah - salah bisa kejebak dalam MI yang bermasalah.
Dalam ETF, peran MI adalah hanya sebatas untuk mengelola portofolio ETF dan tidak ada urusan dengan jual beli.
ETF adalah pilihan yang tepat kalau ingin masuk ke pasar saham luar negeri, misalnya seperti USA. Lebih baik dibandingkan Reksadana Indeks.
Reksadana Indeks sulit untuk membeli saham luar negeri. Sedangkan, ETF lebih mudah untuk beli saham luar negeri
Kenapa ETF lebih mudah dibandingkan Reksadana Indeks?
Saya pernah mencoba dan menghadapi persyaratan untuk menjadi investor Reksadana di USA yang sangat tidak mudah.
Pengalaman saya, untuk investor non US citizen, beli Reksadana di pasar USA tidak mudah karena:
Kesulitan ini bisa disiasati dengan cukup membeli ETF. Investor cukup membuka rekening di broker saham yang menyediakan fasilitas trading ke pasar USA dan itu artinya sudah bisa jual beli ETF.
Minimum transaksi ETF juga menjadi sangat terjangkau, dibandingkan harus buka akun di Reksadana yang minimumnya ribuan dollar.
Saat ini tersedia banyak macam ETF di bursa saham, berikut ini contohnya:
Vanguard Total Stock Market kode ‘VTI’, adalah produk Vanguard, perusahaan fund terbesar di dunia saat ini, yang komposisi ETF ini adalah tracking semua saham di pasar USA.
Simpelnya, beli ETF ini berarti punya semua saham di pasar Amerika Serikat. Keuntungannya adalah portofolio yang sangat terdiversifikasi dan manajemen fee-nya sangat murah, hanya 0,03%.
Vanguard FTSE Emerging Market kode ‘VWO’, adalah ETF yang mengikuti indeks FTSE negara berkembang yang terdiri atas 850 saham besar dan menengah di 22 negara berkembang (emerging markets), seperti Brazil, China, Taiwan, Afsel dll.
Keuntungan beli ETF ini adalah bisa mendapatkan eksposur ke saham di negara berkembang, tanpa harus membeli saham tersebut satu persatu di bursa.
Emerging markets umumnya menawarkan return dan risiko lebih tinggi, namun dengan diversifikasi, resiko tersebut bisa dikelola lebih baik.
Vanguard S&P 500. ETF favorit saya, kode ‘VOO’, tracking indeks S&P 500 yang berisi 500 saham terbaik di USA.
Semua saham big cap USA masuk dalam ETF ini. Keuntungannya adalah diversifikasi ke saham big cap di USA dan management fee murah, 0,03%.
SPDR Gold, kode ‘GLD”, dari State Street fund manager mengikuti pergerakan harga emas dunia. Tidak perlu membeli emas, cukup investasi di ETF ini jika ingin berinvestasi di pasar emas dunia.
Fee atau expense ratio di 0,40%.
Vanguard Real Estate kode ‘VNQ’, mengikuti pergerakan harga sektor properti di USA. Yang ingin investasi di pasar properti, tanpa harus beli properti, bisa membeli ETF jenis ini.
Fee atau expense ratio masih cukup rendah, hanya 0,12%.
Isi dari portofolio di reksadana dan ETF sama, yang membedakan adalah cara jual belinya.
Kalau ingin beli fund di bursa, ETF adalah pilihannya karena jual beli dilakukan lewat bursa saham. Sementara, kalau ingin beli fund langsung ke Manajer Investasi, Reksadana adalah pilihannya.
Jadi, pilihan terbaik adalah tergantung tujuan keuangan yang dimiliki, apakah bisa dicapai dengan Reksadana atau ETF.
Daftar Isi
Komentar (0 Komentar)