Silakan masukkan kata kunci pada kolom pencarian

Bitcoin vs Reksadana, Mana Investasi Terbaik

Daftar Isi

Bitcoin vs Reksadana, Mana Investasi Terbaik

Perbedaan utama antara Bitcoin dan Reksadana adalah dalam Reksadana kita melakukan diversifikasi dengan berinvestasi pada berbagai instrumen keuangan dalam portofolio yang dikelola oleh Manajer Investasi. Sementara, dalam Bitcoin kita hanya investasi di satu asset dan mengelola sendiri.

Selama ini, banyak orang investasi di Reksadana untuk mengelola keuangan. Belakangan muncul Bitcoin sebagai instrumen investasi yang baru.

Mana yang lebih baik, apakah Bitcoin atau Reksadana ? Apa keunggulan dan kelemahan masing - masing instrumen aset ini.

Dari pengalaman sendiri berinvestasi di kedua aset ini, kami akan berbagi ulasan soal Bitcoin dan Reksadana dari berbagai aspek.

Apa bedanya serta mana yang lebih baik, lebih unggul, sebagai alat investasi.

Perbedaan Bitcoin dan Reksadana

Keputusan investasi di Bitcoin ada di tangan kita sendiri dan harus kita kelola sendiri. Sedangkan, Reksadana dirancang untuk investor yang menyerahkan pengelolaan investasi ke pihak lain, yaitu Manajer Investasi.

Implikasinya, investasi di Reksadana menjadi lebih mudah dibandingkan di Bitcoin. Investasi di Bitcoin membutuhkan pengetahuan yang cukup soal jenis aset ini, sementara di Reksadana pemilihan asset dilakukan oleh Manajer Investasi yang memang sudah berpengalaman.

Namun, kita perlu membayar manajemen fee ke Manajer Investasi Reksadana. Fee ini tidak ada di Bitcoin karena kita kelola sendiri.

Isi Reksadana adalah diversifikasi instrumen pasar modal yang mendatangkan cash flow dividen atau bunga, seperti saham, obligasi atau surat utang. Sementara Bitcoin adalah komoditi aset digital, yang tidak memberikan dividen atau bunga, dan tercatat secara digital di kode komputer.

Karena berbentuk digital, Bitcoin bisa travel overtime dan travel over space, jadi mudah sekali memindahkan Bitcoin dari satu tempat ke tempat lainnya. Perpindahan aset ini tidak mudah di Reksadana.

Jumlah Bitcoin yang terbatas di 21 juta dengan skema supply yang terencana berdasarkan hasil mining dengan spesifikasi komputer canggih dan membutuhkan jumlah energi tertentu, membuat kemungkinan harga Bitcoin meningkat di masa depan.

Di sisi lain, fluktuasi harga Bitcoin yang volatile akibat market cap kecil, membuat investor harus extra hati - hati memegang aset ini dalam jangka pendek.

Return dan resiko di Reksadana tergantung pada jenis Reksadana yang kita ambil. Fluktuasi harga di Reksadana tidak se-volatile Bitcoin.

Investasi di Reksadana tidak butuh dana besar. Bisa mulai dari Rp 10 ribu di jenis Reksadana saham.

Sedangkan, investasi di Bitcoin bisa mulai dari Rp 11 ribu. Meskipun harga BTC mencapai $ 30 ribu per koin tetapi BTC bisa dipecah - pecah menjadi satuan kecil.

Apa itu Bitcoin

Apa itu Bitcoin

Bitcoin adalah mata uang kripto paling besar market cap-nya saat ini dan merupakan mata uang digital peer to peer, yang bisa dilakukan secara terdesentralisasi tanpa perlu perantara untuk memberikan izin atau memfasilitasi.

Bitcoin diciptakan, menurut Nakamoto, guna memungkinkan "pengiriman pembayaran online secara langsung dari satu pihak ke pihak lain tanpa melalui lembaga keuangan".

Investasi di Bitcoin adalah investasi di aset digital yang tidak berwujud fisik dan memberikan keuntungan tinggi dari lonjakan harga akibat jumlah yang terbatas (maksimum 21 juta Bitcoin), dengan risiko fluktuasi harga yang juga tinggi.

Kelebihan Bitcoin

Dari jual beli investasi ini, kami mendapatkan pengalaman kelebihan Bitcoin adalah:

1. Potensi Return Sangat Tinggi

Bitcoin menunjukkan kenaikkan harga yang luar biasa tinggi dalam 10 tahun terakhir. Banyak orang kaya baru, billionaire, di industri crypto karena memiliki Bitcoin.

2. Aset Digital, Mudah Disimpan dan Aman

Karena Bitcoin merupakan aset digital, Investor bisa dengan mudah menyimpan Bitcoin dan Cryptocurrency lainnya secara online di jaringan Blockchain.

Jaringan Blockchain dikenal sangat eman, secured. Boleh dikatakan tidak bisa ditembus.

Kalau ada berita muncul mengenai hacked atau pembobolan crypto, itu lebih dikarenakan proses yang salah dan bukan karena blockchain yang dibobol.

3. Jumlah Terbatas Hanya 21 Juta, Membuat Bitcoin Deflationary

Jumlah Bitcoin sudah diprogram maksimum 21 juta. Tidak bisa lebih.

Karena jumlah yang terbatas tersebut, harga Bitcoin cenderung meningkat seiring waktu.

Hal ini yang membedakan Bitcoin dengan mata uang, seperti US$, yang jumlahnya terus bertambah akibat pencetakan uang oleh the Fed. Akibatnya, tingkat inflasi US$ menjadi selalu meningkat, yang membuat nilai mata uang terus merosot.

Sedangkan, Bitcoin karena jumlahnya terbatas, nilainya akan cenderung meningkat karena makin lama makin dikenal dan orang membutuhkannya sebagai tempat menyimpan asset.

4. Sistem Desentralisasi

Bitcoin yang sistemnya terdesentralisasi membuat lebih aman dari serangan hacker. Karena untuk hacker menyerang Bitcoin harus melakukan ke banyak komputer, yang membutuhkan biaya besar.

Berbeda dengan sistem tersentralisasi, lebih rentan terhadap serangan, hacker hanya perlu menyerang ke satu titik. Effortnya boleh dikatakan lebih ringan dibandingkan menyerang sistem yang terdesentralisasi.

5. Kirim Uang Sangat Cepat ke Seluruh Dunia

Karena bersifat terdesentralisasi, proses pengiriman Bitcoin menjadi sangat cepat dan sangat murah ke seluruh dunia.

Kirim Bitcoin persis seperti kita mengirimkan email. Prosesnya semurah dan secepat itu.

6. Bitcoin Bersifat Digital Mudah Dibawa, Mudah Disimpan

Bitcoin travels overtime and overspace.

Sebagai aset digital, Bitcoin mudah disimpan. Mudah pula dikirim.

Tidak butuh tempat yang luas untuk menyimpan Bitcoin dalam jumlah besar. Disimpan dalam USB sudah cukup.

7. Sangat Aman Dilindungi Kriptografi

Meskipun disimpan secara terdesentralisasi di komunitas, Bitcoin sangat aman dalam blockchain karena adanya teknologi kriptografi.

Untuk bisa meng hack Bitcoin, hacker harus bisa mengakses dan mengubah seluruh data yang ada di block yang terdapat dalam komunitas. Ini hal yang mustahil.

Sampai hari ini, Bitcoin tidak pernah di hack oleh hacker.

8. Mendukung Kebebasan Individual

Bitcoin tidak dikontrol oleh kekuatan sentralisasi, seperti negara atau lembaga perbankan karena Bitcoin dipegang sendiri oleh setiap individu di wallet mereka sendiri.

Jadi, Bitcoin yang kita miliki, tidak dikontrol oleh pihak ketiga.

Berbeda dengan uang yang kita simpan di bank. Bisa disita oleh otoritas.

Kekurangan Bitcoin

Meskipun demikian, kami juga sadar bahwa sejumlah kelemahan Bitcoin yang kami rasakan dari pengalaman melakukan jual beli Bitcoin, yaitu:

1. Bitcoin Aset Digital, Tidak Ada Wujud Fisiknya

Bitcoin merupakan digital aset yang tidak ada wujud fisiknya. Bitcoin dan aset kripto tersimpan sebagai code di jaringan blockchain.

Kita tidak mungkin bisa memegan Bitcoin. Makanya disebut digital asset.

Bagi sebagian orang, Bitcoin yang berbentuk digital ini dipandang merupakan kelemahan karena tidak bisa dilihat wujudnya secara fisik.

2. Resiko Investasi Tinggi, Harga Bisa Naik Turun 5% per Hari

Harga BItcoin berfluktuasi sangat tinggi, apalagi dalam jangka pendek. Hal ini membuat resiko investasi di Bitcoin menjadi tinggi.

Nilai Bitcoin sangat fluktuatif. Terlihat dari grafik harga Bitcoin yang bisa naik dan turun dalam waktu sangat singkat.

Pada saat all-time-high, harga Bitcoin mencapai 65K, setelah itu harga Bitcoin turun menyentuh 15K saat muncul kasus FTX.

Fluktuasi nilai Bitcoin tersebut membuat Bitcoin sulit digunakan untuk transaksi. Karena jadi tidak ada patokan nilai yang pasti.

Meskipun kemudian muncul stablecoin yang nilainya dipatok ke mata uang fiat dalam perbandingan 1:1. Jadi, nilai stablecoin ini tetap dan bisa digunakan dalam jaringan Blockchain.

Namun, kasus hancurnya stablecoin Luna di 2022, membuat orang skeptis soal masa depan stablecoin.

3. Dilarang di Berbagai Negara

Bitcoin sebagai aset yang baru belum memiliki regulasi yang sangat jelas. Saat ini di Indonesia, Bitcoin dianggap komoditas yang diatur oleh Bappebti.

Sementara, penggunaan Bitcoin sebagai alat tukar dilarang di Indonesia.

4. Butuh Koneksi Internet

Perbedaan yang mencolok lain bahwa investasi di Bitcoin dan aset crypto membutuhkan akses koneksi ke internet. Tanpa internet, kita tidak bisa menyimpan, menjual atau mencairkan Bitcoin.

Keharusan adanya koneksi ke jaringan internet ini, yang membuat Bitcoin dan aset crypto tidak selalu cocok untuk semua kalangan, khususnya orang - orang yang berusia lanjut. Orang yang tidak punya atau tidak tahu internet akan sulit bisa mengakses Cryptocurrency.

5. Kemampuan Blockchain Bitcoin Mengolah Transaksi Rendah

Kemampuan jaringan Blockchain memproses transaksi masih sangat rendah. Jumlah transaksi per detik di Bitcoin hanya 4.5 an per detik, jauh dibawah Visa yang mampu memproses ribuan transaksi per detik.

Sementara, sebagai alat tukar, Bitcoin harus mampu memproses banyak transaksi dalam waktu cepat. Bayangkan kalau hanya ingin beli kopi, lalu bayar dengan Bitcoin butuh waktu 20 menit.

Kecepatan transaksi atau scalability menjadi isu penting buat Bitcoin. Namun, hal ini menjadi dilema dalam sistem desentralisasi.

Karena sistemnya berbasis komunitas, mau gak mau, setiap transaksi butuh waktu lebih lama untuk semua pihak dalam komunitas setuju. Berbeda dengan sistem sentral yang hanya butuh satu pihak untuk mengatakan 'yes'.

6. Aset yang Tidak Menghasilkan Dividen, Bunga

Bitcoin bukan aset yang menghasilkan yield, seperti deviden atau bunga. Kita membeli Bitcoin dengan harapan hanya pada kenaikkan harga atau capital gain.

Karena tidak menghasilkan yield, sulit untuk melakukan valuasi atas nilai Bitcoin yang sebenarnya.

Kenaikkan harga Bitcoin disebabkan oleh ada orang yang berani membeli di harga lebih tinggi dan bukan karena perhitungan nilai intrinsik value Bitcoin dari yield yang dihasilkan instrumen ini.

7. Belum User’s friendly

Bitcoin tidak mudah digunakan oleh semua orang untuk saat ini. Proses penggunaan dan penyimpanan Bitcoin belum user friendly.

Untuk menyimpan Bitcoin di cold wallet, yang merupakan cara paling aman saat ini, tidak mudah buat orang awam.

8. Tergantung Internet dan Listrik

Bitcoin membutuhkan koneksi internet untuk kita mengakses dan menggunakan.

Di negara yang akses internet masih terbatas, Bitcoin bukan pilihan yang tepat untuk segala waktu. Karena saat internet mati, kita tidak bisa menggunakan Bitcoin.

Apa itu Reksadana

Reksadana adalah instrumen investasi yang dibentuk oleh Manajer Investasi dan Bank Kustodian melalui akta kontrak investasi kolektif (KIK) yang dibuat notaris.

Manajer Investasi berperan sebagai pengelola dana yang terkumpul dari sekian banyak investor untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek, seperti SBI, obligasi, dan saham.

Bank Kustodian berperan menyimpan dana atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi Reksadana.

Fitur Reksadana adalah:

  • Diversifikasi portofolio dengan investasi di berbagai macam aset
  • Dikelola oleh professional Manajer Investasi
  • Berbagai jenis Reksadana sesuai dengan tingkat resiko
  • Minimum investasi sangat terjangkau
  • Aman diawasi oleh OJK

Kelebihan Reksadana

Dari pengalaman berinvestasi, kami melihat keunggulan Reksadana adalah:

1. Mempermudah Orang Berinvestasi

Reksadana cocok bagi investor yang memiliki banyak keterbatasan, seperti waktu terbatas, dana terbatas, informasi terbatas, dan pengetahuan investasi yang terbatas.

Instrumen ini mampu mengurangi risiko investasi karena disebarkan pada berbagai produk investasi.

2. Aman, Legal, Regulasi OJK Jelas

Reksadana aman dan legal karena dikelola oleh Manajer Investasi yang sudah berpengalaman dan memiliki izin serta legalitas dari OJK.

Jika kamu adalah tipe investor yang lebih mengutamakan keamanan, reksa dana adalah pilihan yang tepat. Karena risiko investasi kamu tersebar di berbagai aset, nilai aset lain akan menutupi kerugian yang kamu alami.

3. Dikelola Profesional Manajer Investasi

Reksadana dikelola secara profesional oleh Manajer Investasi yang sudah punya tidak hanya kualifikasi keahlian tetapi juga pengalaman bertahun - tahun di industri ini.

4. Diversifikasi

Keunggulan di Reksadana adalah bisa melakukan diversifikasi portofolio dengan lebih mudah. Hal ini membantu kita mengelola risiko dengan baik.

5. Tidak Diperlukan Analisis yang mendalam

Investor perorangan tidak perlu melakukan riset produk secara mendalam karena ada agen investasi profesional yang mengelola dana investasi di berbagai wahana investasi.

Investor dapat memantau portofolio investasinya secara berkala melalui Financial Information Sheet (FFS).

Jadi kamu tidak perlu menghabiskan waktu dan tenaga untuk riset karena fund manager berpengalaman akan memilih produk keuangan terbaik.

6. Minimum Modal Investasi Rendah, Mulai Rp 10 Ribu

Instrumen investasi ini sangat cocok untuk investor pemula. Karena bisa berinvestasi mulai dari Rp 10.000.

Kekurangan Reksadana

Sebagai investor harus mempertimbangkan faktor-faktor risikonya.

1. Keuntungan Tidak Dijamin

Keuntungan tidak dijamin. Investor harus menyadari bahwa dengan dengan berinvestasi di Reksadana, tidak ada jaminan untuk mendapatkan pembagian keuntungan, dividen, ataupun kenaikan modal investasi.

2. Resiko Investasi

Reksadana mungkin rentan terhadap perubahan kondisi pasar yang merupakan hasil dari: global, regional atau perkembangan ekonomi nasional; kebijakan pemerintah atau kondisi politik, pergerakan suku bunga secara umum, sentimen investor yang meluas maupun guncangan eksternal (misalnya bencana alam, perang dan lain-lain).

3. Manajer Investasi Bisa Bangkrut, Tutup

Manajer Investasi yang mengelola portofolio bisa saja bangkrut dan gagal mengelola investasi di Reksadana.

Risiko manajer investasi. Kinerja setiap reksadana sangat tergantung antara lain pada pengalaman, pengetahuan, keahlian dan teknik, proses investasi yang diterapkan oleh manajer investasi, dan setiap kekurangan dari syarat tersebut akan berdampak buruk pada kinerja reksadana sehingga akan merugikan investor.

4. Biaya Manajemen Fee

Beban biaya management fee yang harus dibayar saat berinvestasi, yang untuk reksadana ini adalah 3,00% per tahun.

Reksadana untung atau rugi, fee manajer investasi tersebut tetap harus dibayar. Tidak ada biaya ini jika berinvestasi sendiri.

5. Likuiditas

Pencairan Reksadana meskipun cukup cepat tetapi dalam kondisi tertentu bisa memakan waktu. Tidak bisa cair dalam waktu 1 hari.

Risiko likuiditas yang dapat didefinisikan sebagai seberapa mudah sebuah efek dapat dijual pada atau mendekati nilai wajarnya tergantung pada volume yang diperdagangkan di bursa.

6. Return Tidak Konsisten Diatas Benchmark

Meskipun tujuannya adalah lebih baik dari benchmark, nama data menunjukkan bahwa Reksadana tidak selalu konsisten bisa mencetak return diatas benchmark.

7. Risiko Efek Gagal Bayar

Ada banyak risiko efek yang dapat terjadi pada setiap efek, contohnya adalah kemungkinan default perusahaan penerbit pada pembayaran kupon dan/atau pokok obligasi, dan implikasi dari peringkat kredit perusahaan yang di-downgrade.

Tabel Perbandingan Bitcoin dan Reksadana

Untuk melihat lebih dalam, kita akan membandingkan kedua jenis asset ini dalam berbagai aspek investasi, yaitu:

NoAspekBitcoinReksadana
1ReturnTinggiSedang - Rendah
2ResikoTinggiSedang - Rendah
3LikuiditasTinggiSedang
4LegalitasAmanAman
5DiversifikasiTidakAda
6PenyimpananSulitMudah
7Pengenalan ProdukSulitMudah
8Penyitaan AsetKecilBesar
9Mekanisme TradingExchangeBursa Saham
10Perlindungan NasabahSedangTinggi
11Minimum InvestasiRendahRendah
12On Chain AnalysisAdaTidak

1. Return

Return investasi di Bitcoin masih sangat menjanjikan karena peningkatannya di atas rata - rata instrumen investasi yang lain. Hal ini karena marketcap BTC yang masih kecil dan jumlahnya yang terbatas.

Return Reksadana tergantung pada jenis Reksadana. Mulai yang tinggi, sedang dan rendah.

2. Resiko

Resiko Bitcoin cukup tinggi dan boleh dibilang dalam situasi tertentu sangat tinggi. Harga BTC bisa naik turun 1% sd 2% dalam satu hari.

Tingginya fluktuasi harga Bitcoin karena market cap masih kecil dan assetnya masih baru.

Resiko Reksadana lebih rendah dibandingkan Bitcoin karena terdapat diversifikasi instrumen.

3. Likuiditas

Likuiditas bicara soal mudah dan cepat tidaknya kita bisa menjual instrumen investasi. Semakin cepat, mudah, berarti semakin likuid instrumen tersebut.

Dalam soal ini, Bitcoin dan Reksadana sama, yaitu bisa dijual dalam hitungan menit.

Meskipun di Reksadana, uang baru akan kita terima di H+3 setelah settlement, sedangkan di Bitcoin uang hasil penjualan langsung bisa kita terima.

4. Legalitas

Bitcoin legal diperdagangkan di Indonesia dan diawasi oleh Bappebti. Jadi Bitcoin merupakan komoditi yang legit dan resmi.

Reksadana kita tahu diawasi oleh OJK dan sudah diatur dalam UU Pasar Modal. Jadi punya legitimasi yang jelas.

5. Diversifikasi

Reksadana unggul dalam soal diversifikasi karena investasi dilakukan ke berbagai jenis aset. Tidak hanya satu asset.

Investasi di Bitcoin tidak ada diversifikasi karena hanya di satu asset.

6. Penyimpanan

Menyimpan Bitcoin secara self-custody tidak mudah, sementara penyimpanan Reksadana sangat mudah karena dilakukan oleh pihak lain.

7. Pengenalan Produk

Reksadana, jelas, lebih dikenal karena memang sudah sejak lama ada. Investasi di produk ini sendiri cukup simpel, tinggal beli dan jual.

Orang sudah sangat paham dengan investasi di Reksadana. Tidak perlu banyak belajar lagi.

Hal yang sangat berbeda dengan investasi di Bitcoin. Banyak orang yang belum paham apa itu Bitcoin.

8. Penyitaan Aset

Bitcoin hampir mustahil untuk disita oleh pemerintah kecuali kita memberikan private key. Jadi, kemungkinan penyitaan aset Bitcoin relatif rendah.

Sementara, Reksadana bisa dengan lebih mudah disita oleh otoritas, seperti pemerintah dan perintah pengadilan.

9. Mekanisme Jual Beli

Reksadana dan Bitcoin memiliki mekanisme jual beli yang berbeda.

Transaksi Reksadana dilakukan lewat Manajer Investasi. Prosesnya mudah dengan cukup online lewat agen penjual reksadana, seperti Bareksa, Bibit, Ajaib atau perbankan.

Sementara, transaksi Bitcoin dilakukan langsung dengan exchange, seperti Binance, Indodax, TokoCrypto, Rekeningku. Implikasinya, harga jual beli Bitcoin bisa berbeda antara satu exchange dengan exchange lain.

10. Perlindungan Nasabah

Perlindungan nasabah di Reksadana lebih maju karena dana masyarakat disimpan terpisah dari broker di RDN milik nasabah dan asset disimpan di kustodian sentral KSEI.

Sementara, dana nasabah untuk transaksi di Bitcoin disimpan di rekening exchange, sedangkan Bitcoin yang dibeli disimpan oleh exchange.

11. Minimum Investasi

Meskipun harga Bitcoin mahal sekitar US$ 30 ribu, namun bisa dipecah - pecah belinya sehingga minimum investasi menjadi sangat terjangkau bisa mulai dari Rp 11 ribu.

Minimum investasi di Reksadana tergantung jenis yang dibeli dan bisa mulai dari investasi Rp 10 ribu di Reksadana saham.

12. On Chain Analysis

Bitcoin menyediakan on chain analysis yang menunjukkan perubahan kepemilikan pemegang aset bitcoin. Ini bisa terjadi karena Bitcoin pada dasarnya adalah database open source, yang isinya bisa dilihat dan dianalisa secara transparan.

On chain analysis tidak bisa dilakukan di Reksadana. Data kepemilikan tertutup dan tidak transparan.

Kesimpulan

Dari perbandingan ini, kita bisa melihat bahwa tidak ada produk investasi yang unggul semuanya. Reksadana tidak hanya punya keunggulan, tetapi juga kelemahan. Demikian hal yang sama dengan Bitcoin.

Tugas kita menentukan instrumen mana yang paling cocok, paling pas, untuk mewujudkan tujuan keuangan yang kita miliki. Bagaimanapun juga, kita membeli instrumen investasi untuk mencapai tujuan keuangan.

Kata perencana keuangan Ligwina Hananto, “Tujuan Lo Apa”.

Bagikan Melalui

Daftar Isi

Berlangganan Duwitmu

Komentar (0 Komentar)

Tulis Komentar - Balasan untuk Tito Shadam

Email Anda tidak akan di publish

Batalkan Membalas

Captcha Wajib Diisi

Artikel Terkait