Daftar Isi
Banyak investor saham yang tidak menyangka saham BRI bisa turun sedalam sekarang di 2024 dan awal 2025.
Dari harga puncak di Rp 6000 -an, sekarang saham BRI tersisa di harga Rp 4000-an dan kemungkinan masih bisa turun lagi.
Apa yang kita harus lakukan menghadapi kondisi ini ? Langkah bijak apa yang bisa kita ambil untuk menyelamatkan portfolio yang kebakaran akibat turunnya harga saham BRI ini.
Harga Saham Bank BRI mengalami pukulan yang sangat dalam di 2024 dan berlanjut di awal 2025.
Awal 2024, harga saham BBRi masih di Rp 5700-an dan bahkan mencapai puncak di Maret 2024 saat harganya menyentuh Rp 6,125.
Tapi setelah itu harga saham bank BUMN terbesar ini turun terus dan mencapai Rp 4000-an di akhir 2024.
Penyebab penurunan saham BRI antara lain adalah:
Menghadapi situasi ini, muncul pertanyaan apa yang harus investor ritel lakukan.
Bagaimanapun juga investor ritel punya porsi pemegang saham yang cukup signifikan di Bank BRI.
Apakah harus jual sahamnya supaya aman dan tidak rugi terus? Atau bertahan tidak jual saham BRI dan bahkan akumulasi beli lagi sahamnya saat harga turun.
Ada sejumlah alasan kenapa kita yang punya saham BRI tidak perlu panik dan bertahan setia dengan saham ini, yaitu:
BRI adalah BUMN dengan kontribusi pembayaran dividen terbesar. Dari management BRI mengindikasikan bahwa BRI tetap akan membayar dividen secara konsisten.
Laba BRI yang besar, sekitar 60 Triliun setahun, membuat kemampuan perusahaan ini membayar dividen tidak perlu diragukan.
Justru dengan turunnya harga saham BRI, dengan jumlah nominal pembagian dividen yang sama dengan tahun sebelumnya, dividend yield saham BRI akan lebih tinggi dan menguntungkan investor.
BRi adalah bank terbesar di Indonesia saat ini dari segi asset. Di atas Bank Mandiri dan BCA.
Posisi Aset BRI pada 31 Desember tahun 2022 tercatat sebesar Rp1.865,64 triliun, meningkat 11,18% dibandingkan pada akhir tahun 2021 yang sebesar Rp1.678,10 triliun.
Sehingga pada September 2022, BRI menguasai 15,03% dari total aset perbankan nasional sebesar Rp10.487,58 triliun.
Sebagai bank terbesar, posisi BRI di pasar perbankan masih sangat kuat. Apalagi pasar UMKM dan mikro yang memang jadi andalan bank rakyat ini.
Salah satu indikasi kekuatan bank adalah dari tingkat kecukupan modal yang diukur dari tingkat CAR - Capital Adequacy Ratio.
Ketentuan minimum CAR yang sangat aman dari regulator adalah 17%, sementara CAR BRI mencapai 20% -an.
Return on Assets (ROA) before tax BRI sebesar 3,76% (bank only) di tahun 2022 atau meningkat 1,04% dibanding tahun 2021 yang sebesar 2,72% (bank only).
Sementara itu, Perseroan mampu menjaga marjin pendapatan bunga bersih (NIM) BRI pada tahun 2022 sebesar sebesar 6,80% (bank only) atau cenderung flat jika dibandingkan tahun 2021 yang tercatat sebesar 6,89% (bank only).
Jadi, kondisi keuangan BRI sangat solid.
Industri bank adalah jenis industri yang sangat teregulasi dengan berbagai peraturan dan tata kelola yang ketat karena industri ini menggunakan dana masyarakat.
Implikasi dari industri yang teregulasi semacam ini adalah bank baru akan sulit masuk dan bank lama akan terlindungi lewat regulasi.
Industri perbankan cenderung oligopoli, dimana hanya beberapa bank saja yang menguasai pasar perbankan di Indonesia.
Artinya, buat BRI, posisinya sebagai bank terbesar di Indonesia akan sulit tersaingi akibat jenis industri yang teregulasi.
Bisnis mikro telah lama menjadi kompetensi inti bagi BRI. Dengan dukungan sebaran jaringan kantor yang luas dan tenaga pemasar yang kompeten, BRI telah menjangkau dan melayani kebutuhan layanan keuangan bagi para pelaku usaha Mikro hingga pelosok negeri.
Total outstanding kredit bisnis mikro tahun 2022 sebesar Rp 449,63 triliun, meningkat 13,27% dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar Rp 396,96 triliun.
Peningkatan tersebut terutama berasal dari pertumbuhan KUR Mikro sebesar 32,18%. Kenaikan KUR Mikro dikarenakan kenaikan alokasi kuota KUR Mikro BRI pada tahun 2022 menjadi sebesar Rp 227,4 triliun.
BRI mengakuisisi Pegadaian dan PNM untuk memperkuat eksistensi di sektor kredit mikro.
Dilakukan melalui Holding Ultra Mikro antara BRI (sebagai induk) dengan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
Satu tahun setelah pendirian, Holding Ultra Mikro berhasil mengintegrasikan lebih dari 34 juta nasabah ultra mikro untuk mendapatkan layanan keuangan formal.
Saham BRI pernah mengalami penurunan harga saham yang dalam. Harganya anjlok cukup dalam karena berbagai sebab.
Namun, harga saham BRI kembali meningkat dan mencapai level tertinggi yang baru - new all time high.
Meskipun semua alasan diatas yang mendukung investor untuk tidak menjual saham BRI, namun terdapat juga sejumlah alasan lain yang membuat investor bisa menjual saham BRI, yaitu:
Banyak investor yang tidak kuat mentalnya melihat nilai portofolio sahamnya turun drastis. Hal ini membuat tidak sedikit orang yang stress.
Meskipun kita maklum bahwa selama sahamnya belum dijual maka kerugian dari turunnya harga saham BRI hanya unrealized loss. Belum menjadi realized loss.
Bagi yang punya kebutuhan dana mendesak atau dana darurat, tidak ada pilihan lain untuk menjual saham BRI. Meskipun penjualan saham akan mendatangkan kerugian yang cukup besar.
Bagi mereka yang panik melihat harga saham BRI terjun bebas dan tidak paham soal industri perbankan, sebaiknya perlu menilai ulang investasinya di saham BRI.
Pemahaman soal saham yang kita beli sangat krusial, terutama saat harga sahamnya turun tajam.
Waktu harga saham naik, semua terlihat baik - baik saja, namun ketika harga sahamnya meluncur turun, pemahaman kita soal industri dan kinerja keuangan perusahaan, diuji.
Turunnya harga saham BRI selama 2024 membuat banyak investor kaget. Bayangan banyak investor ritel selama ini, saham BRI solid dan harga sahamnya akan terus naik atau paling tidak stabil.
Kita sebagai investor punya pilihan untuk tetap setia di saham ini atau segera menjual dan move on. Masing - masing pilihan punya konsekuensi dan alasannya. Pilih yang kita paling sesuai .
Cari dan Bandingkan Sekuritas Broker Saham Terbaik !
Daftar Isi
Komentar (0 Komentar)