Daftar Isi
Tertarik ingin investasi di ETF Exchange Traded Fund ? Baca ulasan ini dulu.
Saya dan tim berbagi pengalaman kami investasi di ETF lewat broker saham di Bursa Efek Indonesia (BEi).
Dari pengalaman ini, kami ulas review soal kelebihan dan kekurangan investasi di ETF.
ETF adalah instrumen pasar modal yang melakukan investasi dengan mengacu pada index dan bisa dibeli lewat Bursa Efek. ETF membuat investor bisa dengan mudah melakukan jual beli berbagai jenis aset (komoditi, emas, indeks dll) di bursa saham.
Dalam bahasa hukumnya, ETF merupakan Kontrak Investasi Kolektif Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang Unit Penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek
Setiap index memiliki daftar saham di dalamnya, lalu ETF menduplikasi isi index tersebut ke dalam portofolio mereka. Jadi, portfolio di ETF mirroring dengan index yang jadi rujukan.
Contohnya, index LQ-45 yang terdiri atas 45 saham, maka ETF yang menggunakan LQ-45 akan membeli saham sesuai isi dan bobot LQ-45. Jika terjadi perubahan saham atau bobot, ETF akan mengikuti.
ETF memiliki Manajer Investasi yang bertugas mengelola portofolio saham.
Kelebihan ETF | Kekurangan ETF |
---|---|
Karena ETF adalah passive investing, dengan Indeks sebagai acuan, fee dan pengelolaan investasi mereka menjadi sangat murah. | Adanya Resiko Buy Ask Spread |
Buat mereka yang berinvestasi di pasar USA, tetapi tidak paham pasarnya, maka bisa berinvestasi di fund dibandingkan memilih sendiri saham. | Isu Likuiditas |
ETF tidak dibeli lewat Manajer Investasi | Pilihan ETF Terbatas di Indonesia BEI |
ETF Aman, Instrumen Resmi Izin OJK | |
Tidak Ada Risiko Wanprestasi Manajer Investasi di ETF |
Dari pengalaman, kami menilai keunggulan ETF sebagai berikut:
Karena ETF adalah passive investing, dengan Indeks sebagai acuan, fee dan pengelolaan investasi mereka menjadi sangat murah.
Di ETF, Manajer Investasi tidak perlu melakukan riset, tidak harus mempekerjakan analis saham bergaji mahal, cukup mengikuti komposisi saham yang terdapat dalam Indeks.
Sementara, Manajer Investasi di Reksadana active investing menuntut fee management lebih tinggi karena harus melakukan banyak pekerjaan untuk bisa memutuskan saham apa yang layak beli dan saham apa yang harus dijual.
Lho, bukankah Manajer Investasi Reksadana, orang yang jago-jago dalam investasi ?
Betul, mereka jago - jago, tetapi Anda perlu pertimbangkan ini:
Dengan pertimbangan diatas, banyak ahli keuangan, termasuk Warren Buffet, yang menyarankan berinvestasi di Indeks Fund atau ETF buat para investor pemula.
Buat mereka yang berinvestasi di pasar USA, tetapi tidak paham pasarnya, maka bisa berinvestasi di fund dibandingkan memilih sendiri saham.
ETF adalah pilihan yang tepat kalau ingin masuk ke pasar saham luar negeri, misalnya seperti USA. Lebih baik dibandingkan Reksadana Indeks.
Kenapa ?
Saya pernah mencoba dan menghadapi persyaratan untuk menjadi investor Reksadana di USA yang sangat tidak mudah.
Pengalaman saya, untuk investor non US citizen, beli Reksadana di pasar USA tidak mudah karena:
Kesulitan ini bisa disiasati dengan cukup membeli ETF. Investor cukup membuka rekening di broker saham yang menyediakan fasilitas trading ke pasar USA dan itu artinya sudah bisa jual beli ETF.
Minimum transaksi ETF juga menjadi sangat terjangkau, dibandingkan harus buka akun di Reksadana yang minimumnya ribuan dollar.
Saat ini tersedia banyak macam ETF di bursa saham, berikut ini contohnya:
Vanguard Total Stock Market kode ‘VTI’, adalah produk Vanguard, perusahaan fund terbesar di dunia saat ini, yang komposisi ETF ini adalah tracking semua saham di pasar USA.
Simpelnya, beli ETF ini berarti punya semua saham di pasar Amerika Serikat. Keuntungannya adalah portofolio yang sangat terdiversifikasi dan manajemen fee-nya sangat murah, hanya 0,03%.
Vanguard FTSE Emerging Market kode ‘VWO’, adalah ETF yang mengikuti indeks FTSE negara berkembang yang terdiri atas 850 saham besar dan menengah di 22 negara berkembang (emerging markets), seperti Brazil, China, Taiwan, Afsel dll.
Keuntungan beli ETF ini adalah bisa mendapatkan eksposur ke saham di negara berkembang, tanpa harus membeli saham tersebut satu persatu di bursa.
Emerging markets umumnya menawarkan return dan risiko lebih tinggi, namun dengan diversifikasi, resiko tersebut bisa dikelola lebih baik.
Vanguard S&P 500. ETF favorit saya, kode ‘VOO’, tracking indeks S&P 500 yang berisi 500 saham terbaik di USA.
Semua saham big cap USA masuk dalam ETF ini. Keuntungannya adalah diversifikasi ke saham big cap di USA dan management fee murah, 0,03%.
SPDR Gold, kode ‘GLD”, dari State Street fund manager mengikuti pergerakan harga emas dunia. Tidak perlu membeli emas, cukup investasi di ETF ini jika ingin berinvestasi di pasar emas dunia.
Fee atau expense ratio di 0,40%.
Vanguard Real Estate kode ‘VNQ’, mengikuti pergerakan harga sektor properti di USA. Yang ingin investasi di pasar properti, tanpa harus beli properti, bisa membeli ETF jenis ini.
Fee atau expense ratio masih cukup rendah, hanya 0,12%.
ETF tidak dibeli lewat Manajer Investasi
Sesuai namanya, exchange traded fund, ETF adalah fund yang diperdagangkan di exchange atau bursa saham.
Definisi ETF, menurut Bursa Efek Indonesia, adalah “ETF adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.”
Jadi, investor yang ingin membeli dan menjual ETF melakukan lewat bursa saham. Bukan ke Manajer Investasi. ETF adalah sejenis Reksadana yang dijual belikan di bursa efek layaknya saham.
Tentu saja, untuk bisa membeli ETF di bursa saham, investor harus membuka rekening di broker saham atau sekuritas.
Transaksi ETF aman karena diatur oleh peraturan POJK NOMOR 49 /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF YANG UNIT PENYERTAANNYA DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK.
Pengawasan ETF dilakukan oleh tiga pihak, yakni OJK, BEI dan KSEI.
Satu resiko yang tidak ada di ETF adalah risiko Manajer Investasi dicabut izinnya, di suspend oleh OJK atau membubarkan diri. Karena di ETF, proses jual belinya tidak dengan Manajer Investasi, tetapi dengan pemilik ETF lainnya.
Dalam Reksadana Indeks, kita berhubungan dengan Manajer Investasi untuk jual dan beli. Jadi, kalau MI-nya bermasalah, kita ikut kena masalah.
Pemilihan MI di Reksadana Indeks menjadi faktor yang harus diperhitungkan dengan cermat. Salah - salah bisa kejebak dalam MI yang bermasalah.
Dalam ETF, peran MI adalah hanya sebatas untuk mengelola portofolio ETF dan tidak ada urusan dengan jual beli.
Namun, selama melakukan investasi, kami juga menghadapi sejumlah kekurangan ETF yang kami rasakan, yaitu:
Karena ETF dibeli di bursa saham, investor akan menghadapi bid-ask spread. Perbedaan antara harga beli dan harga jual.
Bid-ask spread tergantung pada besar kecilnya volume perdagangan di bursa. Semakin besar volume perdagangan, semakin tipis spread tersebut.
Kenapa spread ini penting ?
Lebarnya spread akan merugikan investor. Yang beli akan beli kemahalan, yang jual akan jual kemurahan.
Resiko bid-ask spread di ETF ini, tidak dihadapi Reksadana Indeks. Kenapa? Karena Reksadana Indeks jual belinya langsung ke Manajer Investasi.
Manajer Investasi hanya punya satu patokan harga unit pada hari tersebut untuk jual beli Reksadana. Tidak ada harga beli dan harga jual yang berbeda di Manajer Investasi.
Likuiditas Reksadana Indeks sedikit lebih baik. Kenapa ?
Kita tinggal pergi ke Manajer Investasi yang mengelola Reksadana Indeks untuk menjual unit. Secara regulasi OJK, dalam waktu 3 hari, uang dari Reksadana sudah harus cair masuk ke rekening investor.
Harga unitnya juga sudah pasti karena Manajer Investasi sudah menentukan berapa nilai unit hari itu berdasarkan perhitungan nilai pasar portofolio saat itu.
Jadi, kepastian pencarian di Reksadana Indeks tinggi. Uang sudah pasti masuk rekening.
Bagaimana di ETF ?
Kita tahu bahwa jual beli ETF dilakukan di bursa. Transaksi baru bisa terjadi kalau ada yang beli dan yang jual, tergantung supply and demand di bursa.
Apakah kita mungkin tidak bisa menjual/membeli ETF? Bisa, kalau memang tidak ada yang mau membeli atau menjual.
Logikanya sama dengan kita saat menjual atau membeli saham. Bisa tidak beli atau jual kalau tidak ada volume perdagangan.
Masalahnya, volume perdagangan ETF di Indonesia belum besar. Volumenya tipis setiap harinya.
Jika kepepet ingin menjual, lalu tidak ada di harga yang diinginkan, pemilik ETF mau tidak mau harus menurunkan harga jualnya. Dimana akibatnya bisa saja harga jualnya jadi tidak merefleksikan nilai portofolio yang ada saat itu.
Pilihan instrumen ETF di Bursa Efek Indonesia masih terbatas. Belum banyak pilihan untuk investor.
Salah satunya adalah belum ada ETF utk IHSG. Padahal ETF IHSG itu penting agar investor bisa beli ETF yang mencerminkan pasar.
Daftar Isi
Komentar (0 Komentar)