Daftar Isi
Perbedaan utama antara Reksadana dan SBN adalah investasi di Reksadana dilakukan terhadap berbagai macam aset terdiversifiksi dan dikelola Manajer Investasi, sementara investasi di SBN hanya pada satu asset berjenis obligasi. Tidak ada diversifikasi portofolio di SBN.
Apa perbedaan investasi di Reksadana dan investasi di SBN ? Mana yang lebih menguntungkan antara keduanya?
Untuk menjawabnya, kami mengumpulkan info dan melakukan analisa atas pengalaman berinvestasi di dua instrumen ini.
Reksadana adalah instrumen investasi yang dibentuk oleh Manajer Investasi dan Bank Kustodian melalui akta kontrak investasi kolektif (KIK) yang dibuat notaris.
Manajer Investasi berperan sebagai pengelola dana yang terkumpul dari sekian banyak investor untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek, seperti SBI, obligasi, dan saham.
Bank Kustodian berperan menyimpan dana atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi Reksadana.
Dari pengalaman berinvestasi, kami melihat keunggulan Reksadana adalah:
Reksadana cocok bagi investor yang memiliki banyak keterbatasan, seperti waktu terbatas, dana terbatas, informasi terbatas, dan pengetahuan investasi yang terbatas.
Instrumen ini mampu mengurangi risiko investasi karena disebarkan pada berbagai produk investasi.
Reksadana aman dan legal karena dikelola oleh Manajer Investasi yang sudah berpengalaman dan memiliki izin serta legalitas dari OJK.
Jika kamu adalah tipe investor yang lebih mengutamakan keamanan, reksa dana adalah pilihan yang tepat. Karena risiko investasi kamu tersebar di berbagai aset, nilai aset lain akan menutupi kerugian yang kamu alami.
Reksadana dikelola secara profesional oleh Manajer Investasi yang sudah punya tidak hanya kualifikasi keahlian tetapi juga pengalaman bertahun - tahun di industri ini.
Keunggulan di Reksadana adalah bisa melakukan diversifikasi portofolio dengan lebih mudah. Hal ini membantu kita mengelola risiko dengan baik.
Investor perorangan tidak perlu melakukan riset produk secara mendalam karena ada agen investasi profesional yang mengelola dana investasi di berbagai wahana investasi.
Investor dapat memantau portofolio investasinya secara berkala melalui Financial Information Sheet (FFS).
Jadi kamu tidak perlu menghabiskan waktu dan tenaga untuk riset karena fund manager berpengalaman akan memilih produk keuangan terbaik.
Instrumen investasi ini sangat cocok untuk investor pemula. Karena bisa berinvestasi mulai dari Rp 10.000.
Sebagai investor harus mempertimbangkan faktor-faktor risikonya.
Keuntungan tidak dijamin. Investor harus menyadari bahwa dengan dengan berinvestasi di Reksadana, tidak ada jaminan untuk mendapatkan pembagian keuntungan, dividen, ataupun kenaikan modal investasi.
Reksadana mungkin rentan terhadap perubahan kondisi pasar yang merupakan hasil dari: global, regional atau perkembangan ekonomi nasional; kebijakan pemerintah atau kondisi politik, pergerakan suku bunga secara umum, sentimen investor yang meluas maupun guncangan eksternal (misalnya bencana alam, perang dan lain-lain).
Manajer Investasi yang mengelola portofolio bisa saja bangkrut dan gagal mengelola investasi di Reksadana.
Risiko manajer investasi. Kinerja setiap reksadana sangat tergantung antara lain pada pengalaman, pengetahuan, keahlian dan teknik, proses investasi yang diterapkan oleh manajer investasi, dan setiap kekurangan dari syarat tersebut akan berdampak buruk pada kinerja reksadana sehingga akan merugikan investor.
Beban biaya management fee yang harus dibayar saat berinvestasi, yang untuk reksadana ini adalah 3,00% per tahun.
Reksadana untung atau rugi, fee manajer investasi tersebut tetap harus dibayar. Tidak ada biaya ini jika berinvestasi sendiri.
Pencairan Reksadana meskipun cukup cepat tetapi dalam kondisi tertentu bisa memakan waktu. Tidak bisa cair dalam waktu 1 hari.
Risiko likuiditas yang dapat didefinisikan sebagai seberapa mudah sebuah efek dapat dijual pada atau mendekati nilai wajarnya tergantung pada volume yang diperdagangkan di bursa.
Meskipun tujuannya adalah lebih baik dari benchmark, nama data menunjukkan bahwa Reksadana tidak selalu konsisten bisa mencetak return diatas benchmark.
Ada banyak risiko efek yang dapat terjadi pada setiap efek, contohnya adalah kemungkinan default perusahaan penerbit pada pembayaran kupon dan/atau pokok obligasi, dan implikasi dari peringkat kredit perusahaan yang di-downgrade.
SBN (Surat Berharga Negara) adalah surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah atau valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.
Kita tahu bahwa Pemerintah Indonesia sudah lama menggunakan hutang untuk membiayai APBN dan utang tersebut dilakukan ke beberapa pihak.
Yang paling banyak utang ke IMF atau lembaga donor internasional, dalam mata uang asing.
Tapi, pemerintah juga bisa berhutang pada rakyatnya, pada masyarakat, dengan mengeluarkan SBN - Surat Berharga Negara.
Masyarakat bisa ikut membeli dan melakukan investasi di SBN.
Jadi, pemerintah mengeluarkan obligasi dalam mata uang rupiah untuk masyarakat bisa berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan sekaligus menikmati keuntungan bunga atau kupon dari obligasi.
Investasi di SBN memberikan berbagai keuntungan, yaitu:
Pemerintah Indonesia akan membayar bunga atau kupon SBN kepada pemegang SBN. Keuntungannya adalah kupon SBN lebih tinggi diatas inflasi dan bunga tabungan.
Saat ini, kupon SBN di +5% setahun.
Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan dan menjamin pembayaran bunga SBN. Jadi, SBN memiliki tingkat keamanan yang tinggi.
Boleh dikatakan investasi di SBN adalah bebas resiko karena dijamin pemerintah RI.
Minimum investasi SBN ditetapkan pemerintah sebesar Rp 1,000,000 sd Rp 5,000,000 dan selanjutnya kelipatan dari Rp 1 juta sd Rp 5 juta.
Diharapkan dengan uang antara 1 juta sd 5 juta, publik bisa membeli SBN tanpa membebani keuangan. Angka 1 juta sd 5 juta juga setara dengan rata - rata minimum penempatan deposito yang dipersyaratkan perbankan.
Nah, salah satu keunggulan SBN adalah bunga diterima setiap bulan masuk ke rekening pembeli.
Kita tidak perlu menunggu sampai akhir tenor untuk bisa menerima pembayaran bunga.
Setiap bulan, Pemerintah Republik Indonesia akan membayar bunga SBN.
Jadi, SBN bisa menjadi sumber passive income selama paling tidak 3 tahun atau lebih tergantung tenor obligasi pemerintah.
Pajak penghasilan atas bunga SBN ditetapkan lebih rendah dari pajak bunga deposito. Hal ini membuat return riil di SBN menjadi lebih menarik.
Ada 3 (tiga) jenis risiko investasi di Obligasi, seperti SBN. Ketiga risiko tersebut adalah:
Berdasarkan berbagai faktor, kita bandingkan Reksadana dan SBN, sebagai berikut:
Dari return, SBN bisa dikatakan lebih kecil dibandingkan Reksadana.
Reksadana memang banyak jenisnya. Mulai dari yang return paling tinggi, yaitu saham, sampai yang return paling rendah, yaitu pasar uang.
Resiko Reksadana tergantung pada jenisnya. Yang paling beresiko adalah Reksadana Saham, lalu yang paling rendah resikonya adalah Reksadana Pasar Uang.
Resiko SBN boleh dikatakan sangat kecil dibandingkan Reksadana, secara umum.
Ini tentu saja sangat berbeda dengan resiko di Reksadana Saham atau Reksadana Campuran, yang cenderung berfluktuasi setiap waktu.
Likuiditas bicara soal mudah dan cepat tidaknya kita bisa menjual instrumen investasi. Semakin cepat, mudah, berarti semakin likuid instrumen tersebut.
Untuk soal ini, SBN dan reksadana punya tingkat likuiditas yang sama bagusnya. Dua - duanya mudah dijual.
SBN aman karena dikeluarkan pemerintah.
Reksadana punya resiko bahwa Manajer Investasi dicabut izinnya atau melanggar ketentuan dari OJK. Akibatnya, nasabah tidak bisa mencairkan investasinya.
Pernah pula kejadian bahwa Manajer Investasi mengelola dengan tidak hati hati sehingga return Reksadana anjlok dan investor kehilangan nilai investasinya dalam jumlah besar.
Jadi, dalam soal keamanan, SBN lebih baik dari reksadana.
Dalam soal diversifikasi, Reksadana jelas lebih baik dibandingkan SBN. Reksadana memang dibuat untuk tujuan diversifikasi investasi.
Reksadana dikelola Manajer Investasi yang menempatkan dana ke berbagai instrumen. Tidak hanya satu instrumen.
Kondisi ini, sangat berbeda dengan SBN, yang hanya satu instrumen semata.
Tidak ada diversifikasi di SBN. Harganya anjlok, langsung kena imbas.
Minimum investasi SBN lebih tinggi dibandingkan Reksadana.
Di Reksadana, saat ini, minimum investasi sangat terjangkau, terutama sejak munculnya aplikasi jual beli Reksadana online. Di salah satu aplikasi, kami ketemu minimum investasi Reksadana hanya Rp 10 ribu.
SBN dan Reksadana tidak perlu penyimpanan karena semuanya paper asset. Adanya di dokumen kertas, bukan investasi fisik.
Fitur | SBN | Reksadana |
Return | SBN Lebih Rendah dibandingkan Reksadana | Reksadana lebih tinggi, apalagi jenis Reksadana Saham dan Campuran |
Resiko | Resiko SBN lebih rendah karena dijamin pemerintah | Resiko Reksadana lebih tinggi dari emas karena fluktuasi instrumen yang dibeli Reksadana |
Likuiditas | SBN bisa dijual sebelum jatuh tempo di pasar sekunder. | Reksadana pasti bisa dijual tetapi ada jeda waktu settlement 3 sd 5 hari sampai uang masuk rekening |
Keamanan | SBN aman karena dikeluarkan pemerintah | Reksadana tidak hilang atau palsu karena paper asset, tetapi ada resiko penyalahgunaan oleh Manajer Investasi yang membuat nilai Reksadana bisa anjlok |
Diversifikasi | SBN tidak bisa didiversifikasi. Investasi di satu aset. | Reksadana unggul dalam hal diversifikasi karena isi portfolio bermacam - macam. |
Minimum Investasi | Min investasi SBN lebih tinggi | Beli Reksadana sangat terjangkau bisa dari Rp 10 ribu di aplikasi investasi online, seperti Bibit, Bareksa, TanamDuit |
Penyimpanan | SBN tidak perlu disimpan karena scripless | Reksadana tidak perlu disimpan karena paper-asset. |
Tidak ada pilihan terbaik diantara kedua instrumen ini karena tujuan keuangan setiap orang berbeda - beda. Tinggal instrumen mana yang paling cocok untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Reksadana adalah pilihan untuk mereka yang ingin berinvestasi, melakukan diversifikasi di berbagai instrumen keuangan tetapi tidak punya waktu atau masih pemula, sehingga menyerahkan pengelolaan pada professional.
Sementara, SBN cocok untuk mereka yang investasi aman dan stabil kepada pemerintah lewat surat utang dan mengharapkan pendapatan tetap dari bunga kupon yang nilainya lebih tinggi dari inflasi.
Daftar Isi
Komentar (0 Komentar)