Daftar Isi
Menghitung Return on Equity (ROE) suatu perusahaan adalah indikator yang penting bagi investor maupun unsur stakeholder lainnya. Hal tersebut didasari oleh kemampuan ROE untuk memberikan indikasi atas kinerja keuangan perusahaan.
Agar dapat memperoleh pemahaman yang lebih spesifik mengenai definisi, rumus, interpretasi, serta kegunaan dan keterbatasan ROE, berikut ini adalah uraiannya.
Pengertian ROE adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri Kasmir (2015) atau rasio yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu perusahaan dalam mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan laba atas ekuitas Fahmi (2012).
Dapat disimpulkan bahwa ROE merupakan metrik atau ukuran yang menunjukkan efisiensi manajemen modal suatu perusahaan dilihat dari banyaknya laba yang dihasilkan dari jumlah modal atau ekuitas yang dimilikinya.
ROE juga dikenal dengan istilah pengembalian laba terhadap aset bersih. Ekuitas dalam ROE dalam konteks ini diartikan sebagai aset bersih, karena pada dasarnya, ekuitas memiliki kesamaan nilai dengan sisa aset setelah semua utang perusahaan dilunasi.
Oleh karena itu, nilai laba dari perspektif ROE dinilai lebih relevan dibanding dengan nilai laba pada ROA, meskipun keduanya sebaiknya sama-sama dipertimbangkan ketika menganalisis kinerja keuangan perusahaan.
Informasi yang dibutuhkan untuk menghitung ROE adalah informasi mengenai laba bersih dan ekuitas pemegang saham. Informasi nilai laba bersih dapat dilihat pada laporan laba rugi, sedangkan informasi mengenai nilai ekuitas pemegang saham dapat dilihat pada neraca atau laporan posisi keuangan.
Perhitungan dilakukan dengan membagi laba bersih dengan ekuitas pemegang saham, lalu hasil pembagian tersebut dikali dengan 100 guna memperoleh hasil dalam format persen.
Return on Equity (ROE) = (Laba Bersih/Ekuitas Pemegang Saham) × 100
Laba bersih merupakan laba yang dihasilkan perusahaan pada periode tertentu setelah dikurangi beban-beban dan pajak.
Sementara ekuitas atau disebut juga ekuitas pemegang saham, menurut Chaikin Analytics, merujuk kepada istilah yang digunakan untuk menyebut nilai kekayaan bersih suatu perusahaan jika diasumsikan seluruh aset sudah terjual dan utang-utang yang dimiliki perusahaan sudah terbayar.
Dengan kata lain, ekuitas pemegang saham merupakan nilai sisa atas aset setelah dikurangi jumlah seluruh kewajiban atau utang, sebagaimana persamaan dasar akuntansi, yakni aset = kewajiban + ekuitas.
Beberapa sumber berpendapat bahwa ROE akan menunjukkan nilai yang lebih relevan apabila menggunakan nilai rata-rata ekuitas pemegang saham. Sehingga rumus ROE dinyatakan seperti di bawah ini:
Return on Equity (ROE) = (Laba Bersih/Rata-Rata Ekuitas Pemegang Saham) × 100
Adapun cara menghitung rata-rata ekuitas pemegang saham adalah dengan menjumlahkan nilai ekuitas pada awal periode dan nilai ekuitas pada akhir periode, kemudian membagi hasil penjumlahan tersebut dengan angka dua.
Interpretasi terhadap nilai ROE adalah semakin tinggi persentase ROE suatu perusahaan, maka semakin baik pula tingkat efisiensi perusahaan tersebut dalam mempergunakan ekuitasnya untuk mendapatkan laba. Sebaliknya, persentase ROE yang rendah mengindikasikan efisiensi manajemen ekuitas yang belum cukup baik.
Berapakah nilai ROE yang baik?
Secara umum, semakin nilai ROE mendekati 100%, semakin baik pula indikasi yang direfleksikan. ROE yang bernilai 100% menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh 1 rupiah laba dari setiap 1 rupiah ekuitas yang dimilikinya.
Sebagian sumber mengatakan ROE yang cukup baik adalah ROE yang bernilai 15% atau lebih.
Namun, standar ROE yang akurat sebaiknya tetap mengacu kepada rata-rata industri, karena karakteristik masing-masing industri dapat menghasilkan interpretasi terhadap nilai ROE yang berbeda-beda.
Meskipun ROE yang tinggi secara umum dapat diartikan sebagai sinyal yang baik, pada beberapa kasus ROE yang terlalu tinggi juga dapat mengisyaratkan indikasi negatif.
Hal tersebut dapat terjadi karena tingginya jumlah utang perusahaan dapat menurunkan nilai ekuitas perusahaan. Nilai ekuitas yang menurun akan menghasilkan persentase ROE yang lebih tinggi karena selisih yang ada antara laba bersih dan ekuitas akan mengecil.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi, investor perlu mengetahui efisiensi manajemen atas ekuitas atau modalnya. Untuk mengetahui kinerja perusahaan pada aspek tersebut, investor akan melakukan analisis terhadap informasi keuangan pada laporan keuangan.
Sebagaimana rasio keuangan lainnya, formulasi ROE membantu proses analisis laporan keuangan perusahaan menjadi lebih sederhana. ROE merefleksikan berapa banyak jumlah laba yang mampu dihasilkan oleh perusahaan pada setiap 1 rupiah modal yang akan diinvestasikan pada bisnisnya.
Tanpa mengabaikan faktor-faktor relevan lainnya, ROE merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi keputusan investor, baik itu investor potensial maupun investor yang telah ada.
Dalam lingkup internal, ROE berguna untuk mengevaluasi kinerja dan manajemen modal perusahaan. Hasil evaluasi tersebut kemudian dapat digunakan untuk menyusun strategi untuk pengembangan perusahaan.
Dalam lingkup eksternal, ROE memudahkan manajer investasi maupun investor dalam mengambil keputusan mengenai perusahaan mana yang dapat menawarkan laba yang paling menjanjikan, ditinjau dari manajemen modalnya.
Keterbatasan ROE yang paling utama adalah besarnya peluang ROE untuk menjadi tidak relevan jika digunakan untuk membandingkan beberapa perusahaan pada industri dan sektor yang berbeda-beda. Beberapa industri dan sektor usaha memerlukan modal atau ekuitas yang besar dibandingkan perusahaan pada industri dan sektor usaha lainnya, sehingga mengakibatkan nilai ROE yang didapatkan cenderung lebih rendah.
Selain itu, ROE juga memiliki risiko untuk dimanipulasi. Kualitas ROE tergantung kepada kualitas laba yang diperoleh. ROE yang didasari oleh nilai laba bersih yang dimanipulasi tidak dapat menjadi faktor analisis yang indikatif.
Oleh karena itu, selain mengetahui nilai ROE berdasarkan penghitungan informasi keuangan yang tersedia di laporan keuangan, penting untuk menelusuri metode akuntansi yang dipakai oleh perusahaan dalam memperlakukan unsur-unsur yang berkaitan dengan laba bersih.
Risiko manipulasi juga dapat terjadi pada nilai ekuitas pemegang saham. Retained earnings atau laba ditahan merupakan komponen dari ekuitas pemegang saham yang berasal dari laba bersih.
Perusahaan yang memanipulasi ekuitas pemegang sahamnya akan menaikkan jumlah aset dan menurunkan nilai liabilitas untuk meningkatkan nilai laba bersih. Kenaikan laba bersih menghasilkan peningkatan pada laba ditahan, sehingga ekuitas pemegang saham dapat dinyatakan lebih tinggi dibandingkan nilai sebenarnya.
Berdasarkan keterbatasan dan risiko manipulasi tersebut, ROE sebaiknya digunakan bersama-sama dengan rasio keuangan lainnya, sehingga hasil analisis atas kinerja keuangan yang didapat dapat lebih akurat.
Cari dan Bandingkan Sekuritas Broker Saham Terbaik !
Daftar Isi
Komentar (0 Komentar)