Daftar Isi
Tidak ada Daftar Isi
Return on Assets (ROA) merupakan istilah yang lazim didengar dalam investasi atau dunia keuangan secara umum. ROA, sebagai bagian dari rasio keuangan, adalah indikator yang memiliki pengaruh signifikan terhadap penilaian kinerja keuangan perusahaan.
Return on assets (ROA) adalah pengembalian atas aset menurut para ahli antara lain:
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa ROA adalah ukuran tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam mempergunakan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba yang optimal.
Cara menghitung ROA dapat dilakukan melalui dua cara. Kedua cara tersebut dinyatakan dalam rumus yang cukup sederhana dan sama-sama hanya memerlukan informasi laba bersih dan total aset.
Cara pertama dalam menghitung ROA cukup dilakukan dengan membagi laba bersih dengan total aset, kemudian mengalikannya dengan 100 untuk mentransformasikan hasil perhitungan ke dalam bentuk persentase.
Sehingga formulasi perhitungan ROA dapat dinyatakan seperti di bawah ini: Return on Assets (ROA) = (Laba Bersih/Total Aset) × 100
Cara kedua memaknai total aset sebagai nilai yang tidak statis, sehingga perubahan nilai aset dari waktu ke waktu turut dipertimbangkan. Nilai total aset dihitung berdasarkan rata-rata total aset pada periode tertentu.
ROA kemudian dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan nilai rata-rata total aset, lalu hasil pembagiannya dikali dengan 100. Sehingga rumus dalam menghitung ROA adalah sebagai berikut:
Return on Assets (ROA) = (Laba Bersih/Rata-Rata Total Aset) × 100
Apabila ROA yang ingin dihitung adalah ROA pada periode pelaporan tunggal, misalnya hanya pada satu bulan tertentu saja, maka cara pertama merupakan metode perhitungan yang lebih praktis, karena perubahan aset yang terjadi relatif tidak banyak.
Sementara dalam menghitung ROA pada beberapa periode sekaligus, misalnya secara tahunan, cara kedua dinilai dapat menggambarkan situasi keuangan perusahaan dengan lebih baik, karena memiliki tingkat akurasi atas nilai aset yang lebih representatif.
Hal yang perlu dilakukan setelah mendapatkan nilai persentase ROA melalui perhitungan di atas adalah menerjemahkan persentase tersebut menjadi suatu penilaian yang bersifat kualitatif.
Metode sederhana dalam menginterpretasikan ROA adalah semakin tinggi nilai ROA, maka semakin baik pula perusahaan dalam mempergunakan asetnya untuk memperoleh laba. Sebaliknya, perusahaan dengan nilai ROA yang relatif rendah hingga negatif mengindikasikan tingkat efisiensi yang rendah pula dalam mengoptimalkan asetnya untuk memperoleh laba.
Berdasarkan standar yang berlaku umum, nilai ROA suatu perusahaan dapat dinilai baik apabila setidaknya menyentuh angka 5% atau lebih, sementara nilai ROA sebesar 20% atau lebih merupakan indikasi yang sangat baik. Persentase ROA yang tidak mencapai 5% mengisyaratkan indikasi tidak baik.
Pada dasarnya, tujuan utama investor ketika menanamkan modalnya pada suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan laba. Semakin menguntungkan suatu perusahaan di mata investor, semakin besar pula peluang investor untuk berinvestasi di sana.
Untuk mencapai tujuan tersebut serta meminimalisasi kerugian atas investasinya, investor memerlukan bahan pertimbangan kuantitatif yang comparable atau dapat diperbandingkan untuk menentukan perusahaan mana yang berpeluang memberikan keuntungan paling maksimal baginya.
Laporan keuangan adalah satu-satunya sumber informasi kuantitatif sebagai cerminan kinerja keuangan perusahaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Karena laporan keuangan tersusun atas berbagai komponen, membandingkan satu per satu akun pada laporan keuangan antar perusahaan merupakan opsi yang tidak efisien.
Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan matematis yang dapat membantu menyederhanakan laporan keuangan tersebut. Dalam hal ini, ROA dapat dimaknai sebagai salah satu bentuk penyederhanaan laporan keuangan.
Melalui perhitungan ROA, investor dapat memperoleh kesimpulan atas kinerja keuangan suatu perusahaan, yakni pada aspek profitabilitas jika ditinjau berdasarkan efisiensi manajemen asetnya.
Sebagaimana jenis indikator kinerja keuangan lainnya, ROA memiliki keterbatasan dalam memberikan evaluasi keuangan yang benar-benar objektif. Nilai pengembalian atas aset suatu perusahaan sangat rentan dipengaruhi oleh berbagai faktor pada skala yang luas, seperti kondisi pasar dan jumlah permintaan, hingga fluktuasi biaya atas aset yang diperlukan oleh perusahaan.
Oleh karena itu, ROA tidak disarankan untuk menjadi indikator tunggal dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Penilaian kinerja keuangan menggunakan ROA yang didampingi oleh indikator pendukung lainnya, seperti return on equity (ROE), akan memberikan penilaian yang lebih komprehensif.
Keterbatasan lainnya dari ROA adalah bahwa ROA tidak dapat digunakan untuk membandingkan kinerja keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain pada industri yang berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan intensitas modal yang dibutuhkan oleh perusahaan pada suatu industri dengan industri lainnya.
Sebagai contoh, ROA perusahaan yang bergerak dalam industri aviasi tidak dapat diperbandingkan dengan ROA perusahaan pada industri jasa keuangan. Karena dalam industri jasa keuangan seperti bank, jumlah aset yang ada cenderung lebih rendah nilainya, sehingga persentase ROA otomatis akan cenderung lebih tinggi.
Karena ROA merupakan salah satu indikator yang paling umum digunakan oleh kalangan investor, manajemen dapat berpotensi melakukan berbagai tindakan untuk memanipulasi ROA dengan tujuan menarik lebih banyak investor.
Pada dasarnya, nilai ROA yang tinggi berasal dari selisih laba bersih dan aset yang tidak begitu besar. Dengan kata lain, semakin kecil selisih yang ada antara laba bersih dan jumlah aset, semakin tinggi pula persentase ROA suatu perusahaan.
Sehingga, secara garis besar, praktik manipulasi atas ROA pada akhirnya akan berkenaan dengan dua aspek keuangan, yakni laba bersih dan total aset. Dalam usahanya melakukan manipulasi, manajemen akan menempuh berbagai metode untuk meningkatkan jumlah laba bersih dan/atau menurunkan nilai aset.
Praktik manipulasi atas nilai aset mungkin untuk dilakukan menggunakan kecurangan akuntansi, salah satunya dengan penggunaan metode penyusutan yang sedemikian rupa guna memaksimalkan pengurangan terhadap nilai buku aset. Sedangkan manipulasi laba bersih rawan untuk dilakukan melalui praktik penghindaran pajak.
Daftar Isi
Tidak ada Daftar Isi