Daftar Isi
Tidak ada Daftar Isi
Berinvestasi adalah langkah penting untuk mencapai kebebasan finansial. Namun, dalam perjalanan mencapai tujuan ini, sering kali kita menghadapi berbagai bias yang dapat mempengaruhi keputusan investasi kita.
Salah satu bias yang sering kali terlupakan adalah mental accounting bias.
Lantas, apa sebenarnya mental accounting bias itu? Bagaimana ia bekerja, dan kenapa penting untuk memahaminya, khususnya dalam konteks investasi saham?
Mental accounting bias adalah konsep dalam ilmu perilaku ekonomi yang menggambarkan bagaimana individu memisahkan uang mereka ke dalam kelompok atau 'akun' mental yang berbeda berdasarkan berbagai faktor, seperti sumber dana dan tujuan penggunaan dana tersebut.
Bias ini menunjukkan bagaimana kita memperlakukan uang dengan cara yang berbeda tergantung pada asal-usul atau tujuan penggunaannya.
Mari kita ambil contoh: Anda mungkin lebih rela membelanjakan uang bonus yang diterima dari pekerjaan Anda dibandingkan uang gaji bulanan Anda. Meski pada dasarnya, kedua jenis uang tersebut memiliki nilai yang sama, tetapi mental accounting bias membuat kita memandangnya secara berbeda.
Mental accounting bias sangat penting karena bisa berpengaruh besar terhadap perilaku keuangan kita. Bias ini bisa mempengaruhi keputusan kita dalam belanja, tabungan, dan investasi.
Terkadang, bias ini bisa menguntungkan, seperti ketika memotivasi kita untuk menabung lebih banyak atau berinvestasi. Namun, dalam banyak kasus, mental accounting bias cenderung merugikan.
Salah satu dampak negatif mental accounting bias adalah bahwa ia bisa mempengaruhi kita untuk membuat keputusan investasi yang kurang bijaksana.
Misalnya, kita mungkin cenderung memandang keuntungan investasi sebagai "uang gratis" yang bisa digunakan untuk investasi berisiko tinggi, sementara kita mungkin lebih hati-hati dalam menggunakan uang gaji untuk tujuan yang sama.
Mental accounting bias juga memiliki implikasi yang signifikan dalam dunia investasi, khususnya investasi saham.
Misalnya, investor mungkin cenderung memandang dividen sebagai uang "gratis" yang bisa dibelanjakan, sementara mereka mungkin lebih konservatif dalam memanfaatkan keuntungan modal.
Selain itu, mental accounting bias juga bisa mempengaruhi bagaimana investor merespon kerugian atau keuntungan di pasar saham. Misalnya, seorang investor mungkin memegang saham yang merugi lebih lama dari yang seharusnya dengan harapan harga akan naik kembali, sementara mereka mungkin terlalu cepat menjual saham yang menguntungkan karena takut kehilangan keuntungan tersebut.
Ada banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mendukung konsep mental accounting bias. Salah satunya adalah penelitian oleh Richard Thaler, seorang profesor di Universitas Chicago dan penerima Hadiah Nobel dalam Ekonomi. Thaler menemukan bahwa orang cenderung memisahkan uang mereka ke dalam "akun" mental berdasarkan asal-usul dan tujuan penggunaan uang tersebut. Hal ini membuktikan keberadaan mental accounting bias dalam perilaku keuangan manusia.
Ada banyak contoh mental accounting bias yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kita mungkin cenderung membelanjakan lebih banyak uang saat berlibur karena kita memandang uang tersebut sebagai bagian dari "anggaran liburan". Hal ini bisa membuat kita mengabaikan anggaran pribadi kita yang sebenarnya.
Dalam konteks investasi, mental accounting bias mungkin membuat kita lebih berisiko. Misalnya, jika kita mendapat keuntungan dari investasi saham, kita mungkin cenderung menggunakan keuntungan tersebut untuk investasi berisiko tinggi lainnya, bukan menabung atau berinvestasi dalam instrumen yang lebih aman.
Mental accounting bias adalah konsep penting dalam ilmu perilaku ekonomi yang dapat mempengaruhi perilaku keuangan kita, termasuk keputusan investasi. Memahami dan mengakui adanya mental accounting bias dapat membantu kita membuat keputusan keuangan yang lebih baik dan bijaksana.
Daftar Isi
Tidak ada Daftar Isi