Daftar Isi
Tidak ada Daftar Isi
Framing bias adalah bias kognitif di mana orang membuat keputusan berdasarkan bagaimana informasi disajikan, bukan berdasarkan fakta itu sendiri.
Bias ini mempengaruhi bagaimana kita memproses informasi dan bagaimana kita meresponsnya. Misalnya, jika sebuah produk dikatakan memiliki tingkat keberhasilan 90%, orang cenderung melihatnya lebih positif dibandingkan jika dikatakan memiliki tingkat kegagalan 10%, meskipun kedua pernyataan tersebut sama.
Tujuan dari framing bias adalah untuk mempengaruhi keputusan seseorang dengan cara menyajikan informasi. Ini bisa digunakan dalam berbagai konteks, mulai dari pemasaran hingga politik. Misalnya, seorang penjual mungkin akan membingkai produk atau layanan mereka dalam cahaya positif untuk mendorong penjualan, sementara seorang politisi mungkin membingkai isu dalam cara yang mendukung pandangan mereka.
Framing bias bekerja dengan memanfaatkan cara kita memproses informasi. Kita cenderung fokus pada bagaimana informasi disajikan, bukan apa arti sebenarnya dari informasi tersebut. Ini berarti bahwa kita bisa dipengaruhi oleh cara informasi disajikan, bahkan jika fakta yang mendasarinya tidak berubah.
Kelebihan dari framing bias adalah bahwa itu bisa digunakan untuk mempengaruhi keputusan dan perilaku orang. Ini bisa sangat berguna dalam konteks seperti pemasaran atau negosiasi. Namun, kelemahannya adalah bahwa itu bisa menyebabkan kita membuat keputusan yang tidak optimal atau irasional. Misalnya, kita mungkin lebih cenderung untuk membeli produk yang tidak kita butuhkan hanya karena cara produk tersebut dipasarkan kepada kita.
Contoh framing bias bisa ditemukan di banyak tempat.
Misalnya, dalam pemasaran, produk mungkin dipasarkan sebagai "95% bebas lemak" daripada "mengandung 5% lemak".
Meskipun kedua pernyataan tersebut sama, yang pertama terdengar lebih positif dan oleh karena itu lebih mungkin untuk mendorong penjualan.
Framing bias sangat penting dalam investasi karena dapat mempengaruhi keputusan yang kita buat tentang di mana dan bagaimana kita menginvestasikan uang kita. Misalnya, jika sebuah investasi dipresentasikan sebagai memiliki potensi keuntungan besar, kita mungkin lebih cenderung untuk menginvestasikan uang kita daripada jika investasi tersebut dipresentasikan sebagai memiliki risiko kerugian.
Dalam konteks investasi saham, framing bias bisa memiliki dampak yang signifikan. Misalnya, investor mungkin lebih cenderung untuk membeli saham perusahaan yang dilaporkan memiliki pertumbuhan pendapatan yang kuat, daripada saham perusahaan yang dilaporkan memiliki penurunan pendapatan. Ini bisa menyebabkan investor membuat keputusan investasi yang buruk berdasarkan bagaimana informasi disajikan, bukan berdasarkan kinerja sebenarnya dari perusahaan tersebut.
Penelitian tentang framing bias telah menunjukkan bahwa cara informasi disajikan dapat mempengaruhi keputusan yang kita buat. Salah satu penelitian paling terkenal tentang framing bias dilakukan oleh psikolog Daniel Kahneman dan Amos Tversky, yang mengembangkan Teori Prospek untuk menjelaskan fenomena ini.
Dalam penelitian mereka, Kahneman dan Tversky menemukan bahwa orang cenderung membuat keputusan berbeda tergantung pada bagaimana pilihan disajikan kepada mereka. Misalnya, dalam sebuah eksperimen, partisipan ditunjukkan dua pilihan untuk mengatasi wabah penyakit. Pilihan pertama dijelaskan sebagai akan menyelamatkan 200 orang, sementara pilihan kedua memiliki 33% peluang untuk menyelamatkan 600 orang dan 66% peluang bahwa tidak ada yang akan diselamatkan. Meskipun kedua pilihan tersebut secara matematis setara, partisipan cenderung memilih pilihan pertama ketika disajikan dalam kerangka positif (menyelamatkan 200 orang) dan pilihan kedua ketika disajikan dalam kerangka negatif (66% peluang bahwa tidak ada yang akan diselamatkan).
Penelitian lain telah menunjukkan bahwa framing bias juga dapat mempengaruhi keputusan dalam berbagai konteks lain, termasuk politik, pemasaran, dan kesehatan. Misalnya, sebuah studi menemukan bahwa orang lebih cenderung untuk mendukung kebijakan ekonomi jika tingkat pengangguran ditekankan daripada tingkat pekerjaan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun framing bias dapat mempengaruhi keputusan kita, ada strategi yang dapat kita gunakan untuk mengurangi pengaruhnya. Salah satunya adalah dengan lebih memahami bagaimana bias ini bekerja dan berusaha untuk mempertimbangkan semua informasi yang relevan, bukan hanya cara informasi tersebut disajikan.
Dalam konteks investasi saham dan investasi lainnya, framing bias dapat mempengaruhi keputusan investor dan berpotensi menyebabkan kesalahan investasi.
Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari framing bias dalam investasi:
Ingatlah bahwa setiap investor berpotensi terkena framing bias. Dengan memahami dan mengakui bias ini, Anda dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik dan lebih rasional.
Berikut adalah beberapa Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ) tentang Framing Bias:
Framing Bias adalah bias kognitif di mana seseorang membuat keputusan berdasarkan bagaimana informasi disajikan, bukan berdasarkan informasi itu sendiri.
Sebagai contoh, jika sebuah produk dikatakan memiliki tingkat keberhasilan 90%, orang cenderung melihatnya lebih positif dibandingkan jika dikatakan memiliki tingkat kegagalan 10%, meskipun kedua pernyataan tersebut sama.
Dalam investasi, Framing Bias bisa mempengaruhi keputusan yang kita buat tentang di mana dan bagaimana kita menginvestasikan uang kita. Misalnya, jika sebuah investasi dipresentasikan sebagai memiliki potensi keuntungan besar, kita mungkin lebih cenderung untuk menginvestasikan uang kita daripada jika investasi tersebut dipresentasikan sebagai memiliki risiko kerugian.
Cara terbaik untuk menghindari Framing Bias adalah dengan menyadari bahwa bias ini ada dan bagaimana itu bisa mempengaruhi keputusan kita. Selalu lakukan analisis objektif sebelum membuat keputusan dan jangan terlalu terpengaruh oleh cara informasi disajikan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa Framing Bias dapat mempengaruhi keputusan dalam berbagai konteks, termasuk politik, pemasaran, dan kesehatan. Misalnya, sebuah studi menemukan bahwa orang lebih cenderung untuk mendukung kebijakan ekonomi jika tingkat pengangguran ditekankan daripada tingkat pekerjaan.
Daftar Isi
Tidak ada Daftar Isi