CAPM Capital Asset Pricing Model adalah model yang digunakan dalam keuangan untuk menentukan expected return dari suatu investasi, berdasarkan risiko sistematisnya. Hasil dari CAPM digunakan sebagai input Cost of Equity di WACC model.
Analis saham menggunakan CAPM untuk mengestimasi pengembalian yang diharapkan dari suatu saham, yang kemudian dapat digunakan untuk menentukan apakah saham tersebut berharga untuk diinvestasikan. Dengan kata lain, CAPM membantu analis saham untuk menentukan nilai wajar dari suatu saham.
Model CAPM dikembangkan oleh ekonom William Sharpe pada tahun 1964 dan sejak itu telah menjadi salah satu alat utama dalam penilaian aset dan manajemen portofolio.
Asumsi Pembentukan Modal CAPM
CAPM adalah model yang mengasumsikan bahwa pasar saham adalah pasar yang ideal, di mana semua investor memiliki akses yang sama terhadap informasi dan tidak ada biaya transaksi.
Dalam model ini, pengembalian yang diharapkan dari suatu saham dapat dihitung dengan menggunakan formula CAPM, yang mempertimbangkan tingkat pengembalian bebas risiko, tingkat pengembalian pasar, dan risiko sistematis saham (yang diukur dengan beta).
Rumus CAPM
Formula dasar dari CAPM adalah sebagai berikut:
Re = Rf + ? (Rm - Rf)
Dimana:
Re adalah expected Return
Rf adalah Risk Free tingkat pengembalian bebas risiko
? (beta) adalah ukuran risiko sistematis, yaitu perubahan harga saham terhadap indeks harga saham (IHSG)
Rm adalah Return di pasar
Contoh Perhitungan CAPM
Misalkan kita memiliki saham dengan beta 1.5, tingkat pengembalian bebas risiko 5%, dan tingkat pengembalian pasar 10%. Dengan menggunakan formula CAPM, kita dapat menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan sebagai berikut:
Ke = 5% + 1.5 (10% - 5%) = 12.5%
Dengan demikian, tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham ini adalah 12.5%.
Riset soal CAPM
Berikut adalah beberapa penelitian penting tentang Model Penilaian Aset Modal (CAPM):
Sharpe, William F. (1964): "Capital Asset Prices: A Theory of Market Equilibrium under Conditions of Risk", Journal of Finance. Sharpe adalah salah satu pengembang awal dari CAPM. Dalam penelitiannya, ia memperkenalkan konsep beta dan menunjukkan bagaimana itu dapat digunakan untuk menghitung pengembalian yang diharapkan dari suatu aset.
Lintner, John (1965): "The Valuation of Risk Assets and the Selection of Risky Investments in Stock Portfolios and Capital Budgets", Review of Economics and Statistics. Lintner, seperti Sharpe, juga berkontribusi pada pengembangan awal CAPM. Dia juga menunjukkan bagaimana beta dapat digunakan dalam penilaian aset.
Black, Fischer, Jensen, Michael C., dan Scholes, Myron (1972): "The Capital Asset Pricing Model: Some Empirical Tests", Studies in the Theory of Capital Markets. Penelitian ini adalah salah satu penelitian empiris pertama tentang CAPM, dan menunjukkan bahwa model tersebut memiliki beberapa kelemahan dalam menjelaskan perbedaan dalam pengembalian aset.
Fama, Eugene F. dan French, Kenneth R. (1992): "The Cross-Section of Expected Stock Returns", Journal of Finance. Fama dan French menunjukkan bahwa CAPM mungkin tidak cukup untuk menjelaskan perbedaan dalam pengembalian saham, dan mereka memperkenalkan model tiga faktor mereka sebagai alternatif.
Roll, Richard (1977): "A Critique of the Asset Pricing Theory's Tests", Journal of Financial Economics. Roll mengkritik CAPM dan tes empirisnya, menunjukkan bahwa model tersebut mungkin tidak dapat diuji dengan benar karena kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang merupakan portofolio pasar yang benar.
Menggunakan CAPM untuk Menghitung Expected Return Saham
Berikut adalah langkah-langkah yang biasanya diambil oleh analis saham untuk menggunakan CAPM dalam analisis mereka:
Menghitung Beta Saham: Beta adalah ukuran risiko sistematis saham, atau sejauh mana harga saham bergerak relatif terhadap pergerakan pasar secara keseluruhan. Beta dapat dihitung dengan menggunakan data historis tentang pergerakan harga saham dan indeks pasar.
Menentukan Tingkat Pengembalian Bebas Risiko: Tingkat pengembalian bebas risiko adalah pengembalian yang diharapkan dari investasi yang tidak memiliki risiko. Biasanya, tingkat pengembalian bebas risiko diwakili oleh tingkat bunga dari obligasi pemerintah jangka panjang.
Menentukan Tingkat Pengembalian Pasar: Tingkat pengembalian pasar adalah pengembalian rata-rata yang diharapkan dari pasar secara keseluruhan. Ini biasanya diwakili oleh pengembalian rata-rata dari indeks pasar seperti IDX Composite di Indonesia.
Menggunakan Formula CAPM: Setelah mendapatkan semua komponen yang diperlukan, analis saham kemudian dapat menggunakan formula CAPM untuk menghitung pengembalian yang diharapkan dari saham.
Perbedaan CAPM dan APT
Berikut adalah perbedaan antara Model Penilaian Aset Modal (CAPM) dan Teori Penentuan Harga Arbitrase (APT) dalam menentukan biaya ekuitas:
Aspek
CAPM
APT
Dasar Teori
CAPM didasarkan pada asumsi pasar yang ideal dan investor yang rasional.
APT tidak membuat asumsi yang ketat tentang perilaku pasar dan investor.
Faktor Risiko
CAPM hanya mempertimbangkan risiko sistematis yang diukur dengan beta.
APT mempertimbangkan beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi pengembalian saham.
Penggunaan Data
CAPM sering menggunakan data historis untuk menghitung beta dan tingkat pengembalian pasar.
APT dapat menggunakan data historis atau data cross-sectional dalam analisisnya.
Kesederhanaan Model
CAPM adalah model yang sederhana dan mudah digunakan.
APT adalah model yang lebih kompleks dan memerlukan lebih banyak perhitungan.
Kemampuan Prediksi
CAPM mungkin tidak selalu akurat dalam memprediksi pengembalian saham di masa depan.
APT mungkin memiliki kemampuan prediksi yang lebih baik karena mempertimbangkan lebih banyak faktor risiko.
Kelebihan CAPM
Berikut adalah beberapa kekuatan dari Model Penilaian Aset Modal (CAPM):
Sederhana dan Mudah Digunakan: CAPM adalah model yang sederhana dan mudah digunakan. Hanya memerlukan tiga variabel: beta, tingkat pengembalian bebas risiko, dan tingkat pengembalian pasar.
Mempertimbangkan Risiko Sistematis: CAPM mempertimbangkan risiko sistematis, yang merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan oleh investor. Risiko sistematis adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi.
Basis untuk Keputusan Investasi: CAPM dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan investasi. Dengan menggunakan CAPM, investor dapat menentukan apakah suatu investasi berharga atau tidak berdasarkan pengembalian yang diharapkan dan risiko yang terkait.
Didukung oleh Penelitian: CAPM didukung oleh banyak penelitian dan studi empiris. Ini menambah kepercayaan pada model dan kegunaannya dalam analisis keuangan.
Memungkinkan Perbandingan Langsung: CAPM memungkinkan perbandingan langsung antara investasi yang berbeda. Dengan menggunakan CAPM, investor dapat membandingkan pengembalian yang diharapkan dari berbagai saham dan membuat keputusan investasi yang lebih baik.
Kekurangan CAPM
Berikut adalah beberapa kelemahan dari Model Penilaian Aset Modal (CAPM):
Asumsi yang Tidak Realistis: CAPM didasarkan pada sejumlah asumsi yang mungkin tidak selalu berlaku dalam dunia nyata, seperti pasar yang selalu dalam keadaan ekuilibrium dan investor yang selalu rasional.
Hanya Mempertimbangkan Risiko Sistematis: CAPM hanya mempertimbangkan risiko sistematis dan mengabaikan risiko non-sistematis. Ini bisa menjadi masalah karena risiko non-sistematis juga dapat mempengaruhi pengembalian investasi.
Menggunakan Data Historis: CAPM sering menggunakan data historis untuk menghitung beta dan tingkat pengembalian pasar. Namun, data historis mungkin tidak selalu mencerminkan kondisi pasar masa depan.
Tidak Mempertimbangkan Faktor Lain: CAPM tidak mempertimbangkan faktor lain yang mungkin mempengaruhi pengembalian investasi, seperti kondisi ekonomi makro atau faktor-faktor perusahaan spesifik.
Kesulitan dalam Mengukur Beta: Meskipun beta adalah komponen penting dalam CAPM, mengukur beta bisa menjadi tantangan. Beta dapat berubah seiring waktu dan mungkin berbeda tergantung pada metode yang digunakan untuk menghitungnya.