Silakan masukkan kata kunci pada kolom pencarian

Perbedaan Saham vs P2P Lending Fintech

Daftar Isi

Perbedaan Saham vs P2P Lending Fintech

Perbedaan utama antara investasi di saham dan P2P lending adalah return di P2P lending berbentuk pembayaran bunga sedangkan return saham dari kenaikkan harga dan dividen, dengan keduanya punya return dan resiko yang hampir sama.

Saham adalah investasi berbentuk ekuitas sebagai pemilik perusahaan dengan sumber keuntungan dari kenaikkan harga (capital gain) dan dividen, sedangkan P2P Peer to Peer Lending adalah pemberian pinjaman dengan imbal hasil bunga. Return di saham tidak pasti, sedangkan imbal hasil bunga di P2P lebih pasti.

Namun, likuiditas saham lebih baik karena investor bisa menjual saham setiap saat di bursa efek dan mencairkan investasinya.

Sedangkan, investasi di P2P Lending tidak bisa dicairkan setiap saat karena harus menunggu sampai pinjaman jatuh tempo. Bisa 2 atau 3 bulan baru uang di P2P baru bisa diambil.

Berikut ini adalah daftar perbedaan saham dan P2P Lending sebagai instrumen investasi:

Return 

Berdasarkan pengalaman, return saham lebih tinggi dibandingkan P2P Lending.

Umumnya return saham secara pasar berkisar di 20%+ an per tahun dan banyak saham yang memberikan keuntungan jauh diatas itu.

Return yang ditawarkan P2P Lending paling tinggi sekitar 18% sd 20% setahun. Ini sudah yang paling tinggi.

Return investasi saham, jelas, bisa diatas return P2P Lending.

Tapi, tidak jarang pula, return saham bisa anjlok minus saat pasar sedang turun. Sementara, P2P Lending bisa juga minus return jika terjadi gagal bayar, tetapi relatif tidak se-fluktuatif saham.

Resiko 

Resiko investasi di saham lebih tinggi dibandingkan di P2P Lending. Ini karena return saham yang lebih fluktuatif.

Resiko P2P bersumber dari kinerja peminjam - jika peminjam gagal bayar maka menimbulkan kerugian.

Masalahnya, kerapkali informasi soal peminjam di P2P Lending ini tidak betul - betul bisa jelas dan transparan buat investor. Investor hanya bisa percaya pada platform penyelenggara P2P yang akan menyeleksi dan memutuskan kredit kepada calon peminjam.

Sementara, secara regulasi, penyelenggara P2P dilarang keras menanggung resiko gagal bayar. Resiko ini harus ditanggung sepenuhnya oleh investor.

Meskipun begitu, resiko saham lebih kompleks karena tidak hanya ditentukan oleh kinerja fundamental perusahaan, tetapi juga oleh dinamika di bursa saham. Dinamika di bursa saham ini, yang sulit ditebak dalam jangka pendek, karena banyak sekali faktor yang mempengaruhinya.

Itu sebabnya kenapa harga saham bisa naik turun dalam waktu singkat. Naik turun 1% sd 2% sehari adalah hal yang wajar di saham.

Likuiditas

Likuiditas saham lebih baik dibandingkan P2P. 

Saham lebih cepat untuk dijual, sementara uang yang sudah ditempatkan di P2P tidak bisa dicairkan sebelum jatuh tempo.

Bahkan kalau investor P2P ‘memaksa’ pun untuk mencairkan uangnya sebelum jatuh tempo, juga tidak bisa. Ini karena uang P2P sudah disalurkan dalam bentuk pinjaman ke peminjam.

Karena itu pemilihan tenor dari pinjaman yang akan dibiayai di P2P penting. Pastikan tenornya sesuai dengan kebutuhan likuiditas.

P2P menawarkan berbagai pilihan tenor mulai dari 1 bulan sd 24 bulan. Opsi tenor ini perlu disesuaikan dengan profil keuangan investor.

Saham, jelas, lebih unggul dalam soal likuiditas. Kita bisa kapan saja menjual saham dan dalam waktu maksimum 2 hari uang hasil penjualan saham masuk ke rekening kita.

Memang, jika sahamnya tidak likuid, proses penjualan tidak bisa langsung terjadi.

Asuransi Kredit

Saham tidak memiliki asuransi, sementara P2P Lending menyediakan asuransi kredit.

P2P Lending punya keunggulan disini. Dimana punya asuransi kredit.

Asuransi kredit akan menanggung pokok pinjaman saat terjadi gagal bayar di P2P. Jaminan asuransi ini menurunkan resiko buat pemberi pinjaman.

Tapi, asuransi kredit hanya menjamin sbb:

  • pokok kredit 80%
  • tidak menjamin bunga dan denda

Minimum Jumlah Investasi

Dalam soal minimum investasi, saham unggul karena orang cukup dengan Rp 1 juta sudah bisa mulai. Sementara, investasi awal di P2P Lending adalah Rp 5 juta paling kecil.

Namun, investasi di saham tergantung pada harga saham yang akan dibeli. Minimum pembelian adalah 100 lembar saham atau 1 lot.

Jumlah minimum investasi saham bisa lebih besar dari P2P jika harga saham yang dibeli mahal.

Tuntutan Kemampuan Analisa

Dalam investasi saham, investor wajib punya pengetahuan yang memadai soal bagaimana melakukan analisa fundamental dan teknikal atas saham yang akan diinvestasikan.

Pengetahuan soal analisa saham ini tidak mudah. Banyak hal yang harus dipelajari.

Di P2P, investor juga harus paham tentang perusahaan yang akan diberi pinjaman. Namun, investor dibantu oleh perusahaan penyelenggara P2P yang akan memberikan analisa skor kredit atas setiap perusahaan.

Jadi paling tidak investor P2P paham mana peminjam yang beresiko tinggi, menengah dan rendah. Informasi penting sebelum berinvestasi.

Perbandingan Investasi P2P Lending vs Saham

investasiSahamP2P Lending
ReturnLebih Tinggi secara umum meskipun karena resiko yang tidak rendah di saham, banyak harga saham yang anjlokLebih Rendah dibandingkan saham, meskipun dibandingkan instrumen lain return P2P juga sudah tinggi.
ResikoLebih Tinggi karena fluktuasi harga dan kinerja perusahaanTidak rendah, namun tidak setinggi saham karena masih ada jaminan dari asuransi kredit
LikuiditasLebih baik karena lebih mudah dijual kapan saja.Rendah karena harus menunggu tenor pinjaman selesai baru bisa menarik uang
Jumlah 
Investasi
Besar kecilnya tergantung harga saham. Minimal beli saham 1 lot = 100 lembarMulai dari Rp 1 juta bisa investasi di P2P Lending
AnalisaButuh kemampuan melakukan analisa fundamental dan teknikal untuk memilih sahamDibantu perusahaan penyelenggara P2P dalam menilai resiko dan prospek bisnis peminjam.

Kesimpulan

Saham cocok untuk mereka yang menginginkan return tinggi dan siap menerima resikonya. Perlu melakukan diversifikasi portofolio dalam investasi saham untuk mengelola tingginya tingkat resiko.

P2P Lending menawarkan tingkat return menengah dengan tingkat resiko sedang. Namun likuiditas P2P Lending tidak sebaik saham.

Dari sini, kita bisa lihat bahwa tidak ada instrumen investasi yang fit for all.

Tugas kita sebagai investor adalah memiliki tujuan keuangan yang jelas. Tujuan tersebut yang akan mengarahkan kita untuk memilih instrumen mana yang paling sesuai.

Sayangnya, banyak orang tidak punya tujuan keuangan saat memilih investasi. Contohnya, “tidak tahu tahu untuk apa melakukan investasi”.

Akibatnya, tanpa tujuan keuangan akan menghasilkan pilihan instrumen yang salah. Tidak bisa mewujudkan apa yang diinginkan.

Bagikan Melalui

Daftar Isi

Berlangganan Duwitmu

Artikel Terkait